Senin, 28 Desember 2009

KAMPUNG WISATA SAMPAH MANDIRI

Genteng – Untuk kedua kalinya siswa Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 mengunjungi Kampung Wisata Sampah Mandiri Genteng Candi Rejo RT3 RW8 setelah kelas 2, kini kelas 3 Bumi dan Saturnus belajar mengenal bagaimana cara mengolah dan memilah sampah di kampung percontohan yang menjadi pusat belajar strategis di tengah kota, telah banyak dikunjungi siswa  dari sekolah lain dilingkungan Surabaya.

Siswa-Siswi binaan ustad Hadi-Ustadah Dina serta Ustadah Erlin-Ika, berangkat dari sekolah pukul 08.30 WIB mengendarai angkot menuju lokasi pembelajaran. Tidak lama perjalanan anak-anak sudah tiba, karena memang jarak sekolah dan kampung wisata sampah mandiri tidak begitu jauh. Rombongan siswa kelas 3 Bumi dan Saturnus disambut oleh Ibu-Ibu PKK kelompok tani Candirejo.
Kemudian anak-anak diajak berkumpul di Aula Kampung yang bernuansa biru ada gambar Nyai Roro Kidul di tembok dan beragam piagam penghargaan dari berbagai instansi dan media cetak ataupun dari pemerintah kota Surabaya, dan selanjutnya, salah seorang pengurus PKK RT membuka pertemuan dengan sambutan dan mempersilakan perwakilan sekolah, yakni Ustad Hadi memberikan salam perkenalan serta menjelaskan tujuan program outdoor siswa hari ini. Diteruskan oleh sambutan dan perkenalan Pak Sahri sebagai Ketua RT setempat sekaligus penggagas program pengolahan sampah serta memberikan pengantar dan penjelasan tentang program sampah di kampung ini dengan interaktif, diawali dengan meminta anak-anak maju untuk memberikan pendapatnya tentang sampah, setelah itu beliau menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana memujudkan program pengolahan sampah ini secara bersama-sama maka dibentuk kelompok-kelompok tani perkotaan yang diketuai oleh bu Wiwik dan bertugas membuat; Pupuk Kompos, Pupuk Cair, Pengembangan Tanaman, Pengolahan Produksi dan Pemasaran (Dibentuk Koperasi). Program tersebut mulai dicanangkan di kampung mereka sejak 31 Desember 2007 dan sudah dapat mengolah sampah hingga 75%. Dan target yang diinginkan adalah sampah yang terbuang hanya 10%.
Selain daripada itu, ternyata di kampung wisata sampah mandiri ini juga mencanangkan pelestarian air sebagai usaha untuk mengatasi global warming. Maka dibuatlah resapan air berupa sumur biopori dan pendayagunaan air bekas bilasan akhir yang digunakan untuk menyiram tanaman dan mencuci sepeda motor. Serta pelestarian air dengan menanam tanaman lindung Holtikultura dan Trembesi (Penyerap CO2) dan yang lebih penting lagi menjaga kebersihan selokan.

Setelah beberapa saat kemudian anak-anak dipandu oleh Ibu wiwik dan ibu-ibu PKK lainnya keluar ruangan dengan sebelumnya rombongan dibagi mengikuti beberapa ibu diantaranya yang sudah dikenalkan ada, Ibu Sa’adah, Ibu Nur, Bu Elly, dan Ibu Dewi.Dalam kegiatan diluar ini ibu-ibu membimbing dan mengenalkan anak-anak beragam jenis bunga dan tanaman obat, serta ditunjukkan model pemilahan sampah berdasarkan bak-bak yang sudah disediakan. Sambil mencatat manfaat dan tujuan dari hal-hal yang dijelaskan oleh ibu-ibu PKK tersebut, anak-anak juga mengobservasi jenis-jenis tanaman dan manfaatnya, ini dilakukan oleh Angga yang mengamati tanaman Melati dengan nama latinnya Jasmimum Sumbae yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit disentri dan penawar racun lebah. Anak-anak tampak antusias mengikuti program ini karena mereka bisa bertanya langsung pada ahlinya.

Beberapa hal yang dijelaskan oleh ibu-ibu PKK dan dicatat oleh anak-anak adalah tentang Program pemilahan sampah yang dibagi menjadi sampah kering dan sampah basah. Artinya sampah kering dibagi menjadi 2 yaitu sampah yang bisa didaur ulang dan yang tidak bisa. Sedangkan sampah basah langsung diolah menjadi pupuk kompos dan pupuk cair. Lebih lanjut ibu-ibu PKK menjelaskan bahwa sampah kering dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai kerajinan tangan dan juga mendatangkan profit bagi warga. Sedangkan pengolahan sampah basah yang berasal dari sisa makanan dan produk tumbuhan agar bisa jadi pupuk, caranya dimasukkan dulu dalam Komposter selama 6 bulan maka jadilah pupuk kompos. Untuk pupuk cair dari produk tumbuhan saja, bisa menghasilkan cairan yang di- gunakan untuk menyemprot tanaman.

Setelah beraktifitas keliling kampung, anak-anak dikumpulkan kembali di aula untuk menyaksikan demo pemanfaatan barang-barang bekas seperti sisa gelas dan botol air mineral yang diolah menjadi beragam hiasan rumah seperti lampu dan baling-baling. Anak-anak memperhatikan dengan teliti proses pembuat dan penjelasan dari bu Wiwik dan bu Sa’adah. Setelah itu anak-anak berpamitan untuk pulang. (A. Dina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar