Rabu, 09 Desember 2009

OUTDOOR TAMBAK GARAM

Osowilangun-Surabaya  Sejumlah 47 Siswa kelas 5 Carolous Linnaeus dan Thomas Alfa Edison beserta 5 guru pendamping mengadakan kunjungan pembelajaran Outdoor di Tambak Garam dengan tema “Perubahan Wujud Benda serta Distribusi dan Konsumsi Barang”. Disamping itu ada tugas tambahan untuk mengobservasi hewan apa saja yang hidup di lingkungan tambak garam ini.

Sebelum berangkat Outdoor siswa-siswi binaan ustadah Linda-Dona dan Ustadah Marlin dan Ustad Rudi mendapatkan Hand Out atau daftar panduan yang nantinya akan mempermudah anak-anak untuk mencari penjelasan dari narasumbernya.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB, mereka berangkat menuju kawasan oso wilangun dengan mengendari kendaraan carteran tak terasa sekitar pukul 09.30 sudah tiba di lokasi pembelajaran, yakni tepi pantai dengan hamparan tanah yang luas yang di atur sedemikian rupa menjadi berpetak-petak seperti sawah berupa tanah berlumpur dan dibuat saluran-saluran aliran dari air laut masuk ke petakan tersebut, ditambah lagi terik matahari yang menyengat kulit saat itu, tidak menyurutkan nyali anak-anak untuk mundur dalam belajar.

Saat tiba, kita langsung disambut oleh narasumber, dua orang petani garam bernama Bapak Muhammad dan Burhanudin, mereka adalah penjaga tambak garam yang sehari-hari mengelola dan melaporkan hasil garam yang dipanen. Menurut penjelasan Bapak Burhan bahwa tambak garam yang luasnya sekitar 50 hektar itu milik bapak Haji Solahudin yang bertempat tinggal di kawasan Benowo. Selanjutnya dalam penjelasan bapak yang memiliki kulit hitam ini, biasanya mereka dapat memanen sekitar 40 sak perhari tapi masih tergantung oleh cuaca, apabila musim kemarau mereka dapat memanen lebih banyak dari musim hujan. Bapak Muhammad menambahkan bahwa usaha ini mulai dirintis sejak tahun 1980an. Alat-alat yang mereka gunakan masih tergolong sederhana, diantaranya kincir angin yang berguna untuk memindah dan memompa air laut yang bersumber dari dalam tanah ke petak-petak tambak,  Rol besar yang berguna untuk meratakan tanah yang ada pada tiap petak tambak. Siwur (gayung besar) digunakan untuk mengambil air laut yang ada di sumur untuk dipindahkan ke parit-parit kecil yang menyalur ke tiap petak tambak.

Beberapa anak menanyakan berapa harga garam tersebut, Dijelaskan bahwa harga tiap sak garam yang berkapasitas 50 kg dijual Rp 40.000,00. biasanya mereka menjual langsung kepada pembeli atau pengecer yang ada di pasar tradisional atau pesanan dari institusi perusahaan es puter, perusahaan kertas dan makanan. Sambil menjelaskan narasumber juga menunjukkan langsung sak ukuran 50 kg tersebut, anak-anak jadi mengerti.

Anak – anak semakin antusias dengan bergantian bertanya kepada bapak Muhammad tentang proses pembuatan garam tersebut. Beliau menjelaskan; pertama, air laut dari sumur, dipompa dengan menggunakan kincir angin untuk dipindahkan ke petak-petak melaui parit-parit, dan apabila tidak ada angin, mereka menggunakan siwur, setelah itu air didiamkan dan dijemur seharian, dan sekitar pukul 4 sore air tersebut berubah menjadi kristal-kristal garam yang padat dan mereka telah dapat memasukkannya ke dalam karung untuk dipanen. Merekapun menceritakan suka-duka menjadi seorang buruh tani tambak garam, apabila musim hujan mereka biasanya berhenti sebentar, dan mencari objekan atau pekerjaan lain karena tidak bisa menjemur air laut.

Selain menggali terus informasi dari narasumber, siswa-siswi kelas 5 Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 Tembok Dukuh ini, juga melakukan kegiatan observasi terhadap mahluk hidup yang ada di daerah rawa-rawa yang dekat dengan kawasan tambak garam. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk adapatasi hewan yang tinggal di hutan rawa, dipandu oleh ustad Rudi anak-anak ditunjukkan beragam hewan yang ada dan diberitahu nama-nama hewan tersebut. Anak-anak menjadi tambah penasaran dan kini mereka tahu dengan menyaksikan langsung mahluk hidup yang dapat mereka amati, diantaranya burung blekok, ikan mujair, ikan bandeng, ikan glodok dan ular.

Dalam kegiatan belajar sambil bermain ini, anak-anak langsung menceburkan diri ke dalam lumpur tambak sambil mengamati buliran-buliran garam yang sudah mulai terbentuk oleh teriknya matahari saat itu dan sesekali mereka minum air mineral untuk mengurangi dahaga, anak-anak bertanya kepada narasumber secara bergantian, dengan pertanyaan yang disesuaikan dengan hand out masing-masing, dan langsung mengisi memenuhi lembar tugas yang telah diterima. Menurut keterangan Ustad Rudi, pengajar di kelas 5 Carolous Linnaeus bahwa kegiatan ini InsyaAllah akan berlanjut pada mata pelajaran yang sama tapi program belajarnya akan difokuskan pada pengelolaan garam itu sendiri setelah dipanen. Ditambahkan ustadah Linda; rencananya 2 hari lagi tim guru kelas 5 bersepakat akan mengadakan kegiatan di sekolah dengan mendatangkan guru tamu seorang penjual es puter. (Rudi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar