Kamis, 31 Desember 2009

PENGAJIAN OLEH UST. FADIL TASLIM

Tembok Dukuh – Pembinaan untuk meningkatkan mutu guru melalui pengajian berupa pembinaan Aqidah dan Akhlaq serta pemantapan mentalitas sebagai tentara ALLAH yang ikhlas dan Sabar dalam mencerdaskan anak didik dengan berorientasi hanya mencari ridho-Nya, yang digelar sekali dalam sebulan oleh Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 menoreh catatan emas dalam mewujudkan komitmen sekolah, agar selalu peduli terhadap kualitas seorang guru.

Menjadi catatan akhir tahun 2009 dari perjuangan tim kesebelasan Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 yang gawangi oleh
keeper komisi mutu guru dan siswa, telah berhasil mengundang para Da’i dan narasumber ternama, seperti Ust. N. Faqih Syarif H. (sept) memberikan kontribusi pemahaman tentang Ikhlas, bekerja keras menghasilkan balasan yang langsung atau ditahan oleh Allah dalam Tabung Energi. Ust. Nadjib Hamid (Okt) memberikan kontribusi pemahaman tentang pribadi muslim pengikut Muhammad sejati, yang siap disoroti, dan berani tampil beda dalam memerangi TBC, Takhayul, Bid’ah, dan (C)khurofat. Ust. Muffid (Nov) memberikan kontribusi pemahaman tentang kesungguhan dan keikhlasan dalam bekerja dan beribadah seperti kalimat mutiara : bekerjalah kamu seolah kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seolah kamu mati besok. Dan yang terakhir di penghujung tahun 2009, Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20, menghadirkan Ustad Fadil Taslim, seorang pakar Kristologi, yang ditugaskan untuk memantapkan keislaman para ustad dan ustadah agar selalu siap dan berani berdialog dengan penganut agama apapun, berkenaan tentang kebenaran Agama Islam.

Kajian yang diselenggarakan sore itu (Kamis, 31 Desember 2009), di moderatori oleh Ust. Ain, bertempat di musholla baru diatas gedung TK dan dihadiri oleh seluruh guru. Dengan sajian snack Roti Bicara (BT) dan Teh botol. Para audiens dengan khidmat mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Ustad Fadil Taslim, yang intinya menekankan bahwa sebagai muslim harus mampu bersiasat dalam dialog dengan non muslim, dalam hal pembuktian kebenaran ayat-ayat kitab Al Qur’an. Ditambah lagi harus mampu memahamkan Islam terhadap teman-teman muallaf yang dulunya memang pintar pada agama asalnya. Dalam ceramahnya ustad yang tinggal di Jl. Karamenjangan mengatakan, Jika dialog soal agama kita harus berpikir dobel, seperti main catur. Jika dia melangkah maju, kitapun melangkah dan berpikir apakah langkah selanjutnya, dan intinya jika masing-masing mau sekak mat harus punya jalan keluar. ujar Fadil.

Beberapa hal lain yang disampaikan oleh ustad Fadil adalah; para misionaris nasrani selalu akan berusaha melunturkan akidah umat Islam dengan berbagai cara, maka diingatkan bagi orang tua yang memiliki anak perempuan yang hendak dipinang oleh kaum nasrani harus hati-hati, karena mereka punya misi 3 D pada gadis-gadis muslim, yaitu Dihamili, Dinikahi dan Dimurtadkan. Hal ini dalam Alkitab di halalkan. Memang ayat-ayat dalam Al Kitab perjanjian lama dan baru memang kadang tidak sinkrun. Dalam menentukan natalpun, menyebutkan 4 versi mengenai tanggal kelahiran Yesus, yaitu tanggal 25 Desember, 7 Januari, 6 April dan 15 September. tambah Fadil. Belum lagi dalam dialog beliau dengan seorang pendeta mengenai siapa yang disembelih dari putra nabi Ibrahim, Di Al Qur’an, memang tidak menyebutkan nama, melainkan anak tunggal dari Ibrahim. Sedangkan Disebagian Al Kitab menyebutkan nama Ishaq, tapi di perjanjian baru ayat lain mengatakan bahwa Abraham memang punya anak dua dan yang terakhir disebutkan bernama Ishaq.

Setelah panjang lebar ustad Fadil menjelaskan tentang pengalaman beliau yang lihai berdialog dengan seorang pendeta yang lihai pula. Maka audien dipersilakan untuk berdialog, maka, Ustadah Elok mengawali dengan usulan agar ada kaderisasi bagi anak-anak dalam kelompok yang dibina, agar mampu membendung serangan kristenisasi sejak dini. Disusul ustad supri yang menanyakan bagaimana mengetahui tanda orang itu sungguh-sungguh masuk Islam, dan Apakah Judas Iskariot itu seorang pahlawan atau penghianat, karena Al Qur’an dan Al Kitab menyebutkan beda. Ustad Fadil menjawab; sulit mengetahui tanda kesungguhan orang berIslam. yang penting kita membina mereka dengan sungguh-sungguh diibaratkan seperti membuang teh dalam botol dan botolnya dituang air putih akan masih terasa tehnya, tapi jika botol dicuci berulang-ulang maka tidak terasa lagi tehnya. Lebih lanjut dijawab tentang siapa itu Judas Iskariot berdasar Injil perjanjian baru dan lamapun bertentangan bahwa disebutkan pertama Judas mengakui sebagai Yesus dan mati disalib, Di Injil Perjanjian baru disebutkan Judas menunjukkan siapa Yesus dan saat itu Yesus pun mengakui dirinya dan langsung ditangkap untuk disalib. Ini yang diyakini oleh kaum nashrani sekarang.

Selanjutnya bergantian ustadah Endang, Yuli dan Ustadah Alfiah menanyakan bagaimana mendo’akan keluarga yang bukan Islam, bagaimana mengingatkan keluarga agar mereka paham bahwa yang mereka lakukan itu salah, dan bagaimana menjelaskan jika ada mualaf yang dulu saat dia susah, jamaah gereja gencar membantunya tapi saat menjadi muslim dia tidak ada yang membantu.

Dijawab langsung oleh ustad Fadil dengan membuka Al Qur’an Surat 40 ayat 50 yang menjelaskan doa yang sia-sia bagi seseorang yang tidak seaqidah, dan dilanjutkan menjawab pertanyaan-pertanyaan lain. Sekitar pukul 17.00 WIB acara pengajian diakhiri doa dan dilanjutkan dengan foto bersama. Mengingat masih ada acara lain yaitu pengambilan gaji bulan Desember 2009.  (Achung)

Senin, 28 Desember 2009

KAMPUNG WISATA SAMPAH MANDIRI

Genteng – Untuk kedua kalinya siswa Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 mengunjungi Kampung Wisata Sampah Mandiri Genteng Candi Rejo RT3 RW8 setelah kelas 2, kini kelas 3 Bumi dan Saturnus belajar mengenal bagaimana cara mengolah dan memilah sampah di kampung percontohan yang menjadi pusat belajar strategis di tengah kota, telah banyak dikunjungi siswa  dari sekolah lain dilingkungan Surabaya.

Siswa-Siswi binaan ustad Hadi-Ustadah Dina serta Ustadah Erlin-Ika, berangkat dari sekolah pukul 08.30 WIB mengendarai angkot menuju lokasi pembelajaran. Tidak lama perjalanan anak-anak sudah tiba, karena memang jarak sekolah dan kampung wisata sampah mandiri tidak begitu jauh. Rombongan siswa kelas 3 Bumi dan Saturnus disambut oleh Ibu-Ibu PKK kelompok tani Candirejo.
Kemudian anak-anak diajak berkumpul di Aula Kampung yang bernuansa biru ada gambar Nyai Roro Kidul di tembok dan beragam piagam penghargaan dari berbagai instansi dan media cetak ataupun dari pemerintah kota Surabaya, dan selanjutnya, salah seorang pengurus PKK RT membuka pertemuan dengan sambutan dan mempersilakan perwakilan sekolah, yakni Ustad Hadi memberikan salam perkenalan serta menjelaskan tujuan program outdoor siswa hari ini. Diteruskan oleh sambutan dan perkenalan Pak Sahri sebagai Ketua RT setempat sekaligus penggagas program pengolahan sampah serta memberikan pengantar dan penjelasan tentang program sampah di kampung ini dengan interaktif, diawali dengan meminta anak-anak maju untuk memberikan pendapatnya tentang sampah, setelah itu beliau menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana memujudkan program pengolahan sampah ini secara bersama-sama maka dibentuk kelompok-kelompok tani perkotaan yang diketuai oleh bu Wiwik dan bertugas membuat; Pupuk Kompos, Pupuk Cair, Pengembangan Tanaman, Pengolahan Produksi dan Pemasaran (Dibentuk Koperasi). Program tersebut mulai dicanangkan di kampung mereka sejak 31 Desember 2007 dan sudah dapat mengolah sampah hingga 75%. Dan target yang diinginkan adalah sampah yang terbuang hanya 10%.
Selain daripada itu, ternyata di kampung wisata sampah mandiri ini juga mencanangkan pelestarian air sebagai usaha untuk mengatasi global warming. Maka dibuatlah resapan air berupa sumur biopori dan pendayagunaan air bekas bilasan akhir yang digunakan untuk menyiram tanaman dan mencuci sepeda motor. Serta pelestarian air dengan menanam tanaman lindung Holtikultura dan Trembesi (Penyerap CO2) dan yang lebih penting lagi menjaga kebersihan selokan.

Setelah beberapa saat kemudian anak-anak dipandu oleh Ibu wiwik dan ibu-ibu PKK lainnya keluar ruangan dengan sebelumnya rombongan dibagi mengikuti beberapa ibu diantaranya yang sudah dikenalkan ada, Ibu Sa’adah, Ibu Nur, Bu Elly, dan Ibu Dewi.Dalam kegiatan diluar ini ibu-ibu membimbing dan mengenalkan anak-anak beragam jenis bunga dan tanaman obat, serta ditunjukkan model pemilahan sampah berdasarkan bak-bak yang sudah disediakan. Sambil mencatat manfaat dan tujuan dari hal-hal yang dijelaskan oleh ibu-ibu PKK tersebut, anak-anak juga mengobservasi jenis-jenis tanaman dan manfaatnya, ini dilakukan oleh Angga yang mengamati tanaman Melati dengan nama latinnya Jasmimum Sumbae yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit disentri dan penawar racun lebah. Anak-anak tampak antusias mengikuti program ini karena mereka bisa bertanya langsung pada ahlinya.

Beberapa hal yang dijelaskan oleh ibu-ibu PKK dan dicatat oleh anak-anak adalah tentang Program pemilahan sampah yang dibagi menjadi sampah kering dan sampah basah. Artinya sampah kering dibagi menjadi 2 yaitu sampah yang bisa didaur ulang dan yang tidak bisa. Sedangkan sampah basah langsung diolah menjadi pupuk kompos dan pupuk cair. Lebih lanjut ibu-ibu PKK menjelaskan bahwa sampah kering dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai kerajinan tangan dan juga mendatangkan profit bagi warga. Sedangkan pengolahan sampah basah yang berasal dari sisa makanan dan produk tumbuhan agar bisa jadi pupuk, caranya dimasukkan dulu dalam Komposter selama 6 bulan maka jadilah pupuk kompos. Untuk pupuk cair dari produk tumbuhan saja, bisa menghasilkan cairan yang di- gunakan untuk menyemprot tanaman.

Setelah beraktifitas keliling kampung, anak-anak dikumpulkan kembali di aula untuk menyaksikan demo pemanfaatan barang-barang bekas seperti sisa gelas dan botol air mineral yang diolah menjadi beragam hiasan rumah seperti lampu dan baling-baling. Anak-anak memperhatikan dengan teliti proses pembuat dan penjelasan dari bu Wiwik dan bu Sa’adah. Setelah itu anak-anak berpamitan untuk pulang. (A. Dina)

Jumat, 18 Desember 2009

AKSI MUHARRAM 1431 H DAN HARI IBU

Tembok Dukuh - Menyemarakkan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1431 H, Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 Tembok Dukuh, Jum’at (18 Desember 2009) menggelar berbagai kegiatan. Rangkaian acara tahun baru tersebut digabungkan dengan menyambut Hari Ibu tanggal 22 Desember nanti. Tampak puluhan meja berjajar dengan peralatan memasak di atasnya terlihat di halaman sekolah. Puluhan bapak dan anak-anak tampak sibuk dengan peralatan memasak tersebut. Mereka bahu membahu memasak hidangan lezat untuk bunda.
Menurut ustadah Marlin, ada 3 acara yang digelar hari ini, diantaranya adalah Lomba memasak aneka mie untuk ayah dan anak, yang kedua lelang karya (gambar) siswa dan pemberian Award kepada dua orang ibu perkasa. Ditambahkan oleh ketua umum panitia kegiatan peringatan Muharram ini, tema untuk lomba masak kali ini adalah, Special taste from dad and me for mom Untuk lomba gambar anak bertema : Mom, me and my desire to mom, sedangkan untuk Award rencananya diberikan kepada para ibu yang memiliki profesi sebagai penambal ban dan pengayuh becak.

Ditambahkan oleh sekretaris panitia; lomba masak ini diikuti oleh 15 grup dari perwakilan masing-masing kelas 1-6, kegiatan pertama adalah ujuk kebolehan tim ayah dan anak yang terdiri 5 ayah dan 5 anak dalam satu grup. Mereka diharuskan memasak aneka masakan mie yang nantinya hasil masakan akan dipersembahkan buat ibunda tercinta. Kegiatan kedua, tambah ustadah Nita, mengharuskan para siswa membuat hasil karya gambar yang telah dibuat dua minggu sebelumnya pada jam pelajaran art. Siswa diarahkan untuk membuat gambar ibu, anak, dan tulisan untuk ibu yang berisi pendapat, harapan dan ucapan terimakasih kepada ibunya. Setelah itu proses penghiasan dan pewarnaan. Karena nantinya hasil karya itu akan dilelang (jual) dengan harga minimal Rp 5 ribu yang akan dibeli oleh ibu para siswa sendiri dan seluruh hasil lelang akan disumbangkan pada dua orang ibu perkasa yaitu Ibu Salimah, seorang tukang tambal ban dan Ibu Khoirul Yatimah seorang tukang becak.

Mereka dianggap layak menerimanya karena mereka berperan sebagai tulang punggung keluarga. Salimah harus menghidupi keluarga setelah suaminya meninggal, sedangkan Yatimah harus melakoni pekerjaan yang seharusnya diperuntukkan bagi laki-laki itu untuk menuntaskan pendidikan anaknya, setelah suaminya mengalami penyakit dalam (komplikasi) cukup lama dan belum sembuh. Dalam acara ini anak-anak diharapkan bisa lebih peduli dan berempati kepada orang lain serta mengenalkan Tahun Baru Islam (Hijriyah) kepada para siswa, karena selama ini siswa lebih mengenal tahun baru Masehi dan untuk orang tua agar mereka bisa lebih dekat dan peduli dengan hasil karya anak, tambah Nita.
Acara yang dipandu oleh dua MC Kreatif, Ustadah Restu dan Ustad Supri membuka dan menghantarkan acara dengan semarak, diawali dengan sajian musik keyboard iringan Ustad I’ir yang membawakan lagu-lagu yang bertema ibu seperti Bunda, Sayang Mama dan Kasih Ibu, dinyanyikan oleh siswa-siswi kelas 1 dan 2. Setelah beberapa lagu didendangkan, acara langsung dibuka dengan sambutan oleh Ustad. Ain, mewakili kepala sekolah, yang saat itu sedang study banding di Bali.
Dan lombapun dimulai dengan ditandai oleh bunyi panjang dering bel sekolah. Langsung saja para peserta bergegas dengan trampil menyalakan kompor, memasak mi dan memotong sayur. Sedangkan ibu-ibu hanya menonton suaminya memasak, ada yang melihat pameran dan yang hanya baca koran. Dewan juri yang terdiri dari 4 ustadah, yaitu Shovie, Marlin, Nita dan Linda turut serta turun ke lapangan melihat jalannya lomba sambil menilai peserta berdasarkan kriteria penilaian yang ditentukan dari kerjamasama ayah dan anak, kreasi menyajikan makanan dan yang terakhir, rasa makanan.

Tak kalah dengan dewan juri, pembawa acara turut berkeliling mendatangi setiap meja peserta dan melakukan wawancara dengan mereka. Ustad Supri dan ustadah Restu tidak henti-hentinya memuji ketrampilan bapak-bapak dalam memasak, menyemangati dengan membuat yel-yel, dan tak lupa mencicipi makanan di setiap meja yang didatangi. Dan yang mengharukan saat ustadah restu meminta salah satu murid bernama Noval kelas 2 guitar untuk membaca tulisan yang ada digambar setelah dibeli oleh ibunya, dengan suara khas anak-anak, tersendat-sendat terdengar yang intinya :“Ibu, maafkan aku ya, gara-gara nganterin aku ibu jadi terlambat dan dimarahi bosnya. Ibu kerjanya jauh, di Suramadu. Ibu sudah kerjanya jauh pulangnya malam dan kerjanya hanya mencatat jajan”. (tulisan bukan seperti ini, tapi khas tulisan anak-anak, Red). Sontak ustadah Restu yang mewawancari berkaca-kaca dan meneteskan air mata melihat kehebatan seorang anak yang mampu mengungkapkan jujur isi hatinya.
Karena temanya adalah Special taste for mom, para bapak ini menunjukkan kreativitasnya dalam memberikan nama masakan sarat dengan nuansa cinta. Seperti kelompok 6, misalnya. Mereka menghidangkan Mi Jantung Hati dan minuman Es Soda Sayang. Masakan yang mereka hidangkan berupa mi yang dicetak berbentuk hati dengan taburan lauk pauk. “Minya di-boil (rebus) terus ditambah lauk. Minumannya special dari Vietnam. "Saya nyontek resep waktu tugas disana, ha.. ha.. Sederhana sih, Cuma soda dicampur air jeruk", kata Wahyudi, 40 salah seorang anggota kelompok 6. Sedangkan yang lain diberi nama Mie Goreng Fantasy dan Minuman Secang, yang disajikan indah dan ditata artistik, dari kelompok 7.
Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 09.45, acara dilanjutkan dengan dialog ala Kick Andy, dipandu oleh Supri dan Restu. Tapi sebelum dialog dimulai, Supri mempersilakan para hadirin yang diantaranya Ibu-ibu wali murid, untuk duduk diatas karpet yang telah disediakan dan menyaksikan film yang berdurasi sekitar 7 menit melalui layar lebar tentang keseharian bu Yatimah mengayuh becak mengantar penumpang dan kecekatan bu Salimah membongkar dan menambal ban sepeda motor, serta ada dialog singkat mengenai suka duka dan kisah hidup mereka. Semua yang hadir merasa iba dan bangga, melihat ketangguhan dari kedua ibu perkasa ini, yang berjuang demi kesejahteraan anak-anaknya.

Ustadah Restu mengawali wawancara dengan bu Khoirul Yatimah, yang menanyakan berbagai hal tentang perasaan malu, mengapa memilih profesi yang biasanya dilakukan kaum adam, suka dukanya dll. Semua itu dijawab dengan lugas dan natural tampak bu yatimah selalu mensyukuri atas semua rejeki yang diterimanya saat itu, apa dari hasil cuci, mbecak atau ngrombeng (serabutan). Dia bercerita pernah mau dirampok becaknya tapi tidak jadi ketika sang perampok sadar yang menarik becak seorang wanita, lebih lanjut diceritakan bahwa kedua anaknya yang sudah kelas 2 SMA dan kelas 3 SD (saat itu salah satunya diajak) tidak malu dengan profesi ibunya, dan menyadari ayahnya yang sekarang hanya bisa jaga warung rokok dan makanan ringan. Kemudian wawancara dilanjutkan dengan bahasa khas jawa suroboyoan, antara ustad Supri dan bu Salimah, yang asli orang Bangkalan Madura, tidak bisa berbahasa Indonesia. Mau tidak mau dialog berjalan dengan bahasa jawa ngoko sesekali di terjemahkan. Dalam jawabannya, bu Salimah menceritakan sudah 50 tahun merantau di Surabaya, dan 30 tahun tinggal di rumah gubuk pinggir jalan demak dekat kuburan mbah ratu, Dan menurut keterangan beliau saat wawancara. Bagaimana bisa berprofesi sebagai tukang tambal ban, beliau menjawab, itu semua diawali saat buka usaha warung, dan berdampingan dengan seorang penambal ban. Beliau tiap hari mengamati dan mempelajari. Kian lama beliau mulai berfikir untuk berani membuka tambal ban sendiri, begitu tekadnya. Seiring waktu dia bisa menabung dan membeli sendiri mesin pompa angin serta membesarkan tiga anaknya hingga menikahkannya dari hasil menambal ban.. Beliau memang menyayangkan anaknya yang sudah rumah tangga, jika dapat duit hanya untuk keluarganya sendiri, sedangkan beliau jika dapat duit dibagi untuk semua keluarga. Para hadirin yang mendengarkan memuji semangat mereka. Acara berlangsung kurang lebih 1 jam. Dan sekitar pukul 10.45 WIB acara dialog diakhiri, karena mendekati waktu untuk sholat jum’at.
Acara ditutup dengan pengumuman 3 besar pemenang lomba masak, oleh dewan juri dan memutuskan Group dengan nomor meja: 5,6 dan 9 sebagai pemenang, mereka diminta untuk maju semua sambil membawa makanannya. Juri meminta sang ayah menyerahkan makanan dan menyuapi bunda dengan mengungkapkan dulu perasaan sebagai bentuk cinta kasihnya. Setelah disuapi sang bunda pun harus berkomentar tentang masakan tersebut. Setelah itu diumumkan pemenangnya yaitu, juara 3 dari wakil kelas 2 meja no 6, juara 2 wakil dari kelas 4 meja no 5 dan Juara 1 wakil dari kelas 6 meja no 9. Para pemenang juara 1 dan 2 diberikan penghargaan untuk memberikan Uang Hasi Lelang yang saat itu memperoleh Rp. 3.290.000,- dan dipersembahkan semua kepada ibu perkasa masing-masing mendapat sekitar Rp.1.545.000 ayahanda dean memberikan ucapan selamat kepada ibu salimah dan berpesan agar tetap semangat menjalani hidup. Sedangkan ayahanda Virghina langsung memberikan uang sumbangan ke ibu Khoirul Yatimah. Dan mulai juara 1, 2 dan 3 mendapat hadiah dari panita yang dibagikan oleh ustadah Shovie, ustad Supri dan ustadah Linda.
Memang kemeriahan acara ini tidak dibayangkan oleh semua guru dan khususnya panitia, hingga para wartawan cetak, televisi, Radio dan internet lengkap hadir, seperti Jawa Pos (Cetak), El Shinta – on air (Udara), Detik.Com (internet) dan terakhir JTV (Televisi). Dan tak kalah semua wali murid yang mau dan sukarela mengikuti acara ini, pihak sekolah menghargai sekali bentuk kerjasama dan penghargaan waktu yang diberikan khususnya para bapak-bapak yang peduli dan cinta terhadap keluarganya terkhusus istri dan anak-anaknya. Acara yang digelar sederhana, hari itu tampak mewah bak pagelaran pameran di sebuah galeri (menyulap kelas jadi ruang pameran), dan terlebih lagi penghargaan yang tinggi bagi orang tua yang peduli dengan karya anaknya membeli dengan harga hingga Rp. 100.000 per-karya dan membeli 2 karya putra-putri mereka dengan tunai Rp. 200.000,-.
Sungguh pembelajaran yang luar biasa ditunjukkan langsung oleh para orang tua yang memahami seni dan sebuah karya terkhusus buatan anaknya sendiri. Panitia membayangkan jika putra-putri mereka kelak akan bangga pada mereka sebagai figur yang patut diteladani dan dihormati karena mereka memiliki kepedulian dan mau menghargai anak yang mungkin hanya masih duduk di sekolah dasar. (Achung)


Kamis, 17 Desember 2009

OUTDOOR MASJID CHENG HOO

Gading – Surabaya Pelajaran Al Islam tidak lagi melulu diajarkan oleh guru didalam kelas dengan berceramah saja, melainkan kali ini dikemas secara edutainment. Pada kesempatan kali ini pelajaran memasuki bab atau tema Sejarah Masuknya Islam di Indonesia, seperti biasa guru cenderung menceritakan perjuangan para walisongo berda’wah menyiarkan Islam khususnya di tanah Jawa. Tapi saat ini siswa diberi pengetahuan tentang perjuangan seorang tokoh islam dari Tiongkok, Laksamana Cheng Hoo, yang berkesempatan masuk ke Indonesia dan berda’wah di tanah Jawa. 

Sebelum berangkat, siswa kelas 4 diberi pengarahan oleh ustadahnya sebelum melaksanakan Outdoor agar mereka harus sopan dan berlaku sebagai tamu yang tidak bising dan bertanggung jawab terhadap barang bawaannya sendiri. Ketika waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB, siswa-siswi Al Farazi dan Al Jabar mendapat bekal minuman mineral dan snack berupa roti dan langsung bersiap diri memasuki 3 angkot carteran untuk berangkat ke Masjid Cheng Hoo. 

Setelah tiba di Jalan Gading 2, siswa-siswi binaan Muji-Prima/Laily-Endang berkumpul disamping masjid dan meletakkan semua tas, makanan dan barang bawaannya. Kemudian ustad Ain sebagai pendamping murid mengkondisikan anak-anak agar tetap tertib, dan mengingatkan, sekarang mereka berada didalam masjid, Sedangkan ustad Achung berkordinasi menemui ketua Ta’mir Masjid.
Tampak anak-anak berlarian naik turun lantai dan bermain serta mengamati keindahan ornament-ornamen masjid yang khas dan unik. Seperti lampu yang ada di dinding langit-langit (kubah) masjid, bedug, kaligrafi, pintu masuk dan pahatan wajah serta armada kapal Laksamana Cheng Hoo. Kemudian Ustadah Muji dan Ustadah Laily membagikan lembaran tugas kepada anak-anak berupa 3 point utama hal yang perlu diketahui pada outdoor kali ini, dan adapula instruksi untuk meminta anak-anak menggambar kapal armada Laksamana Cheng Hoo.

Tak lama berselang Ketua Ta’mir Masjid telah hadir ditengah anak-anak, acara pun dimulai dan dibuka oleh ustad Ain dengan perkenalan dan menceritakan tentang tema belajar kali ini, serta mengenalkan kepada anak-anak bahwa Pak Ta’mir Masjid bernama Ustad Hariyono. Kemudian waktu diberikan sepenuhnya kepada Ustad yang bermata sipit keturunan Tionghoa, beliau langsung menyapa anak-anak dengan salam dan dilanjutkan cerita sejarah berdirinya masjid Muhammad Cheng Hoo. Dalam penjelasannya, Ustad Haryono menceritakan tentang PITI yang kepanjangan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia atau Pembina Iman Tauhid dan Islam, sebagai komunitas kaum Tionghoa muslim di Surabaya. Dan mereka membentuk sebuah yayasan yang bernama Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Kemudian para tokoh Yayasan ingin memiliki sebuah masjid, ide itu pun direalisasikan, dan pada Maret 1992 berdirilah Masjid Muhammad Cheng Hoo. Ketika sudah diresmikan. Masjid Muhammad Cheng Hoo mendapat penghargaan dari MURI Indonesia sebagai masjid terunik bernuansa klenteng seperti tempat ibadah umat Budha, dipenuhi oleh ornament-ornament khas negeri Tiongkok.
Haryono menambahkan; Sedangkan sejarah tentang Laksamana Cheng Hoo itu sendiri hidup di kisaran tahun 1400 M pada jaman kekaisaran MING, di negeri Tiongkok Cheng Hoo dikenal dengan nama Zheng He, beliau seorang Bahariawan muslim yang dengan ratusan armada kapalnya mengelilingi dunia dan sampai ke Indonesia. Dengan misi utamanya Perdamaian dengan berda’wah lewat jalur perdagangan seperti keramik, sutra dan obat-obatan. Setelah pasukan Laksamana Cheng Hoo bisa diterima oleh masyarakat Jawa pada saat itu, akhirnya Cheng Hoo, kembali ke Tiongkok dan membawa para ahli perkebunan dan peternakan dibawa ke tanah jawa lalu menetap dan berasimilasi dengan penduduk setempat kemudian berumah tangga dan pada akhirnya banyak sekali umat muslim tionghoa atau keturunan, yang menyebar tinggal di tanah jawa, dan adapun keturunannya, ada yang menjadi keturunan para walisongo yang sudah sering kita kenal. Tampak Siswi-siswi sekolah kreatif SD Muhammadiyah 20 antusias mendengarkan cerita Bapak Ta’mir, dan ketika sesi tanya jawab Milda dan Reva tidak mau ketinggalan bertanya tentang Kapan meninggalnya Cheng hoo, istri cheng hoo bernama siapa? Macam-macam dan lucu-lucu pertanyaannya ditambah lagi Dio dan Rhino menanyakan makamnya dimana? apa masjid ini yang membangun Cheng Hoo, Tahun berapa Cheng hoo kesini, apa ada keturunannya?. Semua pertanyaan itu satu dijawab dengan senyuman hangat dari sang Ta’mir, bahwa Cheng Hoo meninggal sekitar tahun 1430 an, dan beliau meninggal di tengah laut saat berlayar, tidak punya istri, silsilah keluarganya masih ada di Tiongkok. Satu-satunya peninggalan chenghoo adalah jangkar yang ada di semarang.

Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, acara ditutup oleh ustad Ain, anak-anak dikoordinasi oleh ustadahnya agar tetap tertib dan meminta Rhino dan Virghina, sebagai perwakilan sekolah memberikan cindera mata berupa lukisan warna ukuran besar bergambar masjid Cheng Hoo yang dikelilingi murid-murid Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 20, kepada Ustad Haryono selaku Ketua Ta'mir Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya. Kemudian Ustad Haryono meninggalkan masjid dan anak-anak menunggu waktu sholat dhuhur di selingi dengan menggambar kapal dan beristirahat makan dan minum. Ketika masuk adzan anak-anak bersiap untuk berjama’ah sholat dhuhur. Setelah sholat anak-anak meluncur pulang kembali ke sekolah. (Achung)


Rabu, 16 Desember 2009

INDOOR MEMASAK AYAM GORENG

Tembok DukuhSistem pembelajaran yang dikemas dalam program Indoor kali ini bertujuan untuk menguatkan konsep dari beberapa mata pelajaran diantaranya Al Islam, Matematika, Sains, Sosial dan Bahasa Indonesia. Kemudian ditentukan sebuah puncak tema yang terbagi dalam sub-tema, seperti yang dilakukan oleh kelas 2 Guitar dan Drum pada kegiatan hari ini (Rabu, 16 Desember 2009), dengan puncak Tema : Pengetahuan tentang Siklus dan Pemanfaatan Hewan Ternak menjadi Sajian Lauk makanan yang lezat dan Halal.

Tampak para ustadah wali kelas 2, sibuk menyiapkan peralatan dapur seperti, kompor, wajan, telenan, pisau, piring, panci, minyak, bumbu dan aneka bahan yang lain seperti telur, ayam, udang dan cumi. Tampak sepertinya akan ada acara masak-memasak didalam kelas. Menurut keterangan ustadah Ervi, hari ini anak-anak belajar tentang Perkembangan dan Pertumbuhan Binatang, mengacu pada mata pelajaran Sains/IPA. Sebelum anak-anak melakukan praktek pengolahan bahan-bahan untuk memasak, mereka dijelaskan lebih dahulu konsep tentang siklus perubahan dari telur menjadi ayam, yang saat ini menjadi obyek pembahasan, Tambah Ervi. Sebelumnya, seluruh siswa kelas 2 diminta tiap anak membawa 1 telur dan tiap kelompok membawa 1 anak ayam, jelas walikelas 2 Drum ini.
 Tampak didepan  Ustadah Yuli menjelaskan siklus mulai adanya telur ayam yang dihasilkan dari ayam betina kemudian dieram oleh induknya supaya menetas atau dengan cara lain menggunakan mesin penetas telur dengan setting suhu kehangatan disesuaikan dengan kadarnya. Setelah menetas jadilah anak ayam, yang selanjutnya tumbuh menjadi dewasa dan dimanfaatkanlah daging ayam tersebut menjadi lauk sajian makanan seperti ayam goreng atau sate ayam, terang Yuli.

Turut menjelaskan kepada anak-anak, Ustad Supri dan Ustad Huda, guru mata pelajaran Al-Islam yang hari itu terjadwal juga dalam program Indoor, memberikan pengetahuan dan praktek langsung (kompetensi), bagaimana mengolah hewan menjadi makanan yang halal. Dijelaskan oleh Supri bahwa, untuk mendapatkan makanan yang halal dilakukan sebuah aktivitas penyembelihan yang diawali dengan menyebut nama Allah dan berdoa agar senantiasa Allah meridhoi proses pemotongan ini, dan nantinya setelah dimakan akan menjadi manfaat bagi tubuh dan kesehatan. tandas Supri. Salah satu siswa bertanya; bagaimana jika ayamnya dipotong dengan mesin?, Pertanyaan yang bagus !, kata Supri, dijelaskan; meskipun menggunakan mesin sebelum menombol saat ayam sudah siap untuk disembelih, maka tetap berdoa lebih dahulu. Yang penting dalam menyembelih hewan, disyariatkan untuk tepat sasaran pada urat leher yang langsung mematikan, tidak boleh kejet-kejet (masih hidup).

Setelah dilakukan pemotongan, lalu dipanaskan dan dibersihkan bulunya, kemudian diiris jadi beberapa potong dan dilakukan penimbangan sebelum dibagikan pada piring siswa yang telah dibagi menjadi 8 kelompok. Pada kesempatan ini Ustadah Indri sebagai Guru yang mengajar Matematika, memberikan kompotensi pada siswa agar tahu menggunakan alat ukur berupa timbangan kilo dan Timbangan gram. Dalam arahannya anak-anak diajarkan mengukur berat udang, cumi dan ayam agar dibagi sama beratnya antar satu kelompok dengan lainnya.
 
Saat ini memasuki tahap pengolahan yang langsung dipraktekkan oleh siswa Ustadahnya membantu mengiris bahan dan menyiapkan bumbunya. Pada kegiatan belajar ini anak-anak tampak senang dan berpartisipasi penuh mendukung acara masak-memasak ayam yang ditamburi bumbu KFC menjadi Ayam Goreng, Peyek Udang, Cumi Goreng dan Omelet. Dengan bersemangat Andika memasukan ayam bertabur tepung ke dalam wajan peng-gorengan yang mendidih sedangkan Icha asyik mengolah bahan Omellet. Mereka bergantian mengadoni ayam dengan tepung, membumbui cumi dan udang, menggoreng serta mengaduk bahan yang telah dicampur dengan bumbu-bumbu hasil olah para ustadah.

Ketika masakan sudah matang, ustadah Yuli menyiapkan nasi yang dimasak menggunakan rice cooker, dan diwadahi daun pisang karena Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 20 akan menuju dan bersiap menjadi sekolah yang berwawasan Adiwiyata artinya seluruh warga sekolah komit untuk peduli terhadap lingkungan yang sehat dan nyaman. Lalu satu persatu kotak daun disusun rapi diatas meja dan diberi lauk, siap untuk disantap.

Kegiatan ini berlangsung kurang lebih 2 jam (09.30 – 11.30 WIB) dan ketika masuk makan siang, anak-anak langsung dipersilakan dengan tertib untuk mengambil sebungkus dan bisa menikmati makanan hasil karya mereka secara bersama-sama, tampak keriangan dan kelahapan mereka menikmati menu ayam goreng, peyek udang dan cumi ala Drum dan Guitar. Tampak Raffi menikmati makannya dengan lekoh, dan dilanjutkan dengan mengundang ustadah-ustadah yang lain untuk makan bersama. (Achung)