



.
Setelah tiba, Ustad Hanif sebagai koordinator lapangan membeli tiket seharga 1000/anak dan 1500/guru, dan dibagikan kepada anak-anak satu persatu, tapi sayangnya ada insiden tiket yang setelah diterima oleh salah satu siswa ganteng bernama Hanif ini HILANG, akhirnya diputuskan untuk menyuruh hanif keluar membeli tiket lagi sendiri, sedangkan teman-temannya yang lain telah memasuki ruang pertemuan dengan perwakilan petugas museum.

Acara dilanjutkan dengan tatap muka dan perkenalan, Petugas Museum menceritakan sejarah berdirinya Museum Mpu Tantular yang merupakan kelanjutan dari Stedelijk Historisch Museum Surabaya yang didirikan oleh Von Faber, seorang kolektor berkebangsaan Jerman yang sudah menjadi warga Surabaya. Usaha Von Faber untuk mendirikan museum ini sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 1922, tetapi baru tahun 1933 bisa terwujud. Pembukaannya secara resmi dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 1937.
Museum ini pada mulanya terletak di Raadhius Ketabang, kemudian pindah ke Jl. Tegalsari kemudian pindah ke Jl. Pemuda 3 Surabaya, lalu pindah lagi ke Jl. Taman Mayangkara 6 Surabaya, selanjutnya pada tanggal 14 Mei 2004 menempati lokasi tetap di Jl. Raya Buduran, Sidoarjo. selanjutnya petugas menceritakan berbagai koleksi yang dimiliki oleh Museum sekitar 15.000 koleksi benda bersejarah dari peninggalan sejarah hindu, budha, islam, kaum kolonial dan modern berbentuk arkeologi, etnografi,kerami, numismatik, seni rupa, geologi, biologi, histori, filologi dan teknologi, setelah selesai penjelasan sesi tanya jawab dimulai, Ryan dan Bos (A. Andi Kurnia) langsung bertanya masing-masing : “bagaimana merawat dan menemukan benda bersejarah?” dan “Apakah kitab sotasoma itu?” dan dijawab merawat ditempat dengan suhu dan temperatur khusus bla… bla … yang menemukan banyak dari arkeolog…. Bla.. bla.. Selanjutnya masuk ruang Majapahit dan dilakukan pemutaran film dokumenter oleh petugas tentang peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan jaman dulu seperti adanya Candi Jago, Candi Singosari, Candi Penataran, penemuan prasasti, karya sastra, buku sotasoma yang mengajarkan bhineka tunggal ika dan lain-lainnya disajikan dalam bentuk gambar bersuara. (audio visual).
Museum ini pada mulanya terletak di Raadhius Ketabang, kemudian pindah ke Jl. Tegalsari kemudian pindah ke Jl. Pemuda 3 Surabaya, lalu pindah lagi ke Jl. Taman Mayangkara 6 Surabaya, selanjutnya pada tanggal 14 Mei 2004 menempati lokasi tetap di Jl. Raya Buduran, Sidoarjo. selanjutnya petugas menceritakan berbagai koleksi yang dimiliki oleh Museum sekitar 15.000 koleksi benda bersejarah dari peninggalan sejarah hindu, budha, islam, kaum kolonial dan modern berbentuk arkeologi, etnografi,kerami, numismatik, seni rupa, geologi, biologi, histori, filologi dan teknologi, setelah selesai penjelasan sesi tanya jawab dimulai, Ryan dan Bos (A. Andi Kurnia) langsung bertanya masing-masing : “bagaimana merawat dan menemukan benda bersejarah?” dan “Apakah kitab sotasoma itu?” dan dijawab merawat ditempat dengan suhu dan temperatur khusus bla… bla … yang menemukan banyak dari arkeolog…. Bla.. bla.. Selanjutnya masuk ruang Majapahit dan dilakukan pemutaran film dokumenter oleh petugas tentang peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan jaman dulu seperti adanya Candi Jago, Candi Singosari, Candi Penataran, penemuan prasasti, karya sastra, buku sotasoma yang mengajarkan bhineka tunggal ika dan lain-lainnya disajikan dalam bentuk gambar bersuara. (audio visual).




Setelah dirasa cukup sekitar pukul 11.00 anak-anak diberi nasi kotak untuk makan siang oleh ustadah Prima, dan dilanjutkan sholat di Musholla. Sebelum pulang anak menyempatkan diri bermain di lokasi yang memang dirancang untuk bermain permainan tantangan seperti di outbound, ada tali tarzan cross, meniti diatas jaring, gantungan monyet dan lain-lain.
Pukul 13.30 anak-anak bersiap pulang dan berjalan kaki lagi menuju stasiun Buduran. Tiba di sekolah sekitar pukul 14.30 WIB. (Achung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar