Kamis, 11 Februari 2010

PRODUKSI DAN KONSUMSI KLS 4

Tembok DukuhKegiatan belajar dengan praktek, yang hari ini (Kamis,11/02/2010) dilakukan oleh siswa kelas 4 Al Jabar dan Al Farizi dipandu oleh 4 guru (ustadah) dengan melakukan kegiatan jual beli di halaman sekolah, menjadi sangat efektif manakala anak-anak menjadi mengerti, karena mereka belajar dengan melakukan. Dengan mengusung tema PRODUKSI dan KONSUMSI pada mata pelajaran sosial (IPS). Anak-anak digiring pada pemahaman tentang arti dan fungsi dari apa itu menghasilkan dan apa itu memakai atau menghabiskan.

Pagi itu seluruh siswa binaan Ustadah Muji-Prima dan Laili-Endang sudah bersiap-siap pada kelompoknya masing-masing dengan bekal yang beraneka macam seperti alat masak dan dapur diantaranya wajan, kompor, toaster, blender dan kabel rol, dengan berbagai bahan makanan dan minuman yang tersaji dengan lengkap. Dalam tugasnya, anak-anak diminta untuk menyusun anggaran yang telah dikeluarkan dan harus merencanakan bagaimana mengolah dana untuk dibelikan bahan dagangan yang nantinya dijual, dengan harapan mereka bisa untung. Dalam pengelompokan yang terdiri dari 4-5 anak

Mulailah mereka bahu membahu dalam kelompok menyiapkan alat dan bahan dalam adonan yang siap diolah dengan di goreng / di kukus. Pada akhirnya mereka ternyata membuat jajanan atau makanan seperti Pastel, Donat, Kue Gorengan, Martabak, Kentang berbumbu, Roti bakar dan Rujak. Belum lagi tersedia minuman seperti Pop Ice, , Es Teh, Es Kopyor dan Es Kacang Ijo. Ini semua dijual dengan harga yang bervariasi dan berbeda antar satu kelompok dengan kelompok yang lain. “Dari sini anak sudah melakukan kegiatan belajar alur sebuah proses produksi“. Ucap Muji dan Prima, dalam kesempatan refleksi pada anak-anak ditengah-tengah kegiatan tersebut.

Di kegiatan berikutnya beragam gaya pemasaran yang dilakukan oleh anak-anak agar produknya dipakai dan dihabiskan oleh pembeli, yaitu menjual dengan cara berteriak-teriak, ada yang munyer keliling sekolah, ada yang jemput bola menawarkan dengan santun serta ada yang hanya diam aja menunggu pembeli. Kebetulan target pasar mereka adalah para guru TK, SD, Wali murid dan karyawan sekolah serta teman mereka sendiri dari adik kelas sampai kakak kelas. Sedangkan untuk harga, rata-rata ditarif pada kisaran Rp. 1.000,- s/d Rp. 2.000,-.

Yang unik adalah saat proses refleksi bersama. Pada akhir acara, yang tadinya dimulai dari pukul 7.30 – 9.30 WIB, setelah mereka berbenah merapikan alat dan menghitung keuntungan yang diperoleh, mereka masuk kelas dan dilakukan penilaian siapa yang melakukan proses jual-beli dengan baik dan memperoleh keuntungan yang besar. Yang nantinya akan memperoleh penghargaan dari guru kelas mereka.

Satu persatu anak-anak mengutarakan komentar, diantaranya, ”Kesel us, dodolan iku” – ”capek bu, jualan itu” ada yang mengatakan ”soro yo, nggolek duek iku” – ”Tidak gampang ya, cari duit itu”. Ada yang senang ”Enak us, aku untung akeh” – Enak bu, aku untung banyak”.

Kemudian ustadah-ustadahnya memperdalam materi dengan menanyakan dan memfasilitasi pemahaman pada anak-anak dengan menggiring dan memilah kelompok yang rugi dan untung, dan merasakan bagaimana mereka bisa mengalami hal itu.

Intisari program inipun terkuak setelah ditetapkannya kelompok Mia, Hilza, Virghina dan Dian, yang menjadi pemenang. Mereka menjual Martabak dan Pastel dengan harga masing-masing Rp. 1.000,-. Dan dengan modal sekitar Rp.19.000,- mereka dapat memasarkan hingga mendapat Rp.30.500, jadi untung bersih mereka Rp.11.500,- lucunya ada pada Si Virghina yang saat memasarkan dia sempat mengalami transaksi yang tidak bisa memberikan uang kembalian, lalu dia memberikan uang pribadinya sebagai kembalian. Kemudian bingung, dan berkata, ”us,(singkatan Ustad/ah), uangku terus bagaimana? Tadi aku beri uang kembalian dengan uang jajanku, dan aku tadi lupa berapa banyak yang tak berikan”. Sontak para ustadah tersenyum tertahan, menahan tawa.

Belum lagi pada kelompok Reva Cs, yang menjual produk Roti Bakar dan Donat di jual dengan harga Rp. 1.500,- tapi tidak laku, dan tidak ada yang beli, karena dirasa mahal oleh pembeli, seperti celetukan para orang tua yang menunggu di TK, ”rotimu cilik, di dol larang” – ”rotimu kecil tapi dijual mahal”. Akhirnya mereka stress, sudah sejam masih laku sedikit dan akhirnya mereka bersama, mengambil keputusan untuk di obral, yang penting habis dengan harga Rp. 1.000,-, dan pada akhirnya mereka tetap mengalami kerugian, karena di obral pun masih belum laku, dirasa capek, maka dagangannya  dimakan sendiri. Beda lagi dengan kelompok Afis, dan Helmi Cs yang rugi .. gi.. , sebab apa, dari bahan yang dibeli untuk bahan sudah tergolong mahal dan bermerek, rotinya pakai SARI ROTI, gulanya pake My Sugar, Selainya bermerek. Dan produk roti bakarnya dijual seribuan. Modal besar dan setelah penjualan tidak bisa balik modal. He.. he.. he.. .(@)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar