Minggu, 21 Februari 2010

Simposium Pendidikan Anak Khusus

Malang – Simposium Nasional Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus bertajuk “Mainstream Pendidikan Inklusi di Indonesia” yang dihelat di Dome Theatre Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Kementrian Pendidikan Nasional bekerjamasama dengan Fakultas Psikologi UMM dan Assesment Center PK dan PLK UMM. Pada Minggu, 21 Februari 2010 diikuti oleh lebih dari 300 peserta dari perwakilan SD/MI, SMP dan SMU se-Jawa Timur, salah satunya dari Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 Surabaya yang ditawari langsung oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah untuk di undang hadir dalam acara tersebut.

Dalam acara tersebut, Ust. Huda dan Ust. Achung yang diutus langsung oleh Kepala Sekolah untuk hadir dalam undangan tersebut guna menggali wacana baru program Pemerintah dan Institusi Perguruan Tinggi atau Sekolah dalam perannya mengelola dan memfasilitasi pendidikan anak khusus yang mengalami hambatan belajar dan gangguan mental atau emosi serta cacat pada tubuh dan inderanya.

Ust. Huda dan Achung, janjian untuk langsung ketemu di Dome UMM, berangkat dari rumah setelah shubuh, dengan mengendarai Bus Patas Jatim, setiba di lokasi langsung disambut hangat oleh panitia yang rata-rata dari mahasiswa fakultas psikologi UMM. Setelah dilakukan registrasi, kami diberi snack dan aqua gelas untuk dinikmati pada acara sesi I. Acara dibuka oleh MC dan dilanjutkan pembacaan Kalam Wahyu Illahi, setelah itu sambutan-sambutan.

Dalam sambutan pertama yang disampaikan oleh Ketua Panitia Penyelenggara, Drs. Tulus Winarsunu, M.Si. sekaligus sebagai Dekan Fakultas Psikologi UMM. Beliau mengatakan bahwa banyak orang yang masih memandang secara sempit tentang pendidikan inklusi, yaitu pendidikan anak (berkebutuhan khusus) sebagai obyek masalah yang memerlukan penanganan penyelesaian. Padahal sebenarnya Pendidikan disini menyertakan anak sebagai subyek yang berhak pula berpendapat, dan diakomodir serta dipertimbangkan dengan baik untuk mendapatkan pendidikan yang berkeadilan bagi semua, dengan menggunakan pendekatan yang melihat pada kebutuhan bukan pada keterbatasannya. Hal ini sudah banyak dilakukan dirumah oleh para orang tua. Disatu sisi UUD 45 jelas menegaskan hak semua warga Negara sama untuk mendapatkan pelayanan pendidikan, khususnya WAJAR 9 TH bahkan harus dibiayai oleh Negara, dikuatkan oleh Peraturan Menteri no 20 Th 2009, UU tentang perlindungan anak dan tentang penyandang cacat. Tapi Ironinya pemerintah dan masyarakat belum bisa mewujudkan budaya inklusi tersebut, seperti lingkungan sekolah, masjid, hotel masih belum ramah untuk penyandang cacat. Dan saat ini, tambahnya. Masih ada sekolah yang menolak/melarang siswa sumbing atau hanya memiliki 4 jari. Salah kaprah lagi ketika konsep pendidikan anak (berkebutuhan khusus) di kumpulkan sesama mereka di SLB atau lainnya, padahal ketika mereka lulus, mereka ketemu dengan orang yang tidak sama dengan mereka.

Sambutan yang kedua dan sekaligus membuka acara Simposium, disampaikan langsung oleh Ketua PWM Jawa Timur, Prof. Syafiq A. Mugni. dengan mengajak semua yang hadir, menjadi masyarakat yang beradab. Sekilas beliau menceritakan pengalamannya saat di London berada di sebuah taman, melihat patung Kuda menarik Mesiu, yang bertuliskan bahwa si kuda berkata : “inilah aku yang terlibat perang karena kesombongan manusia. Dan ketika berada di Wina, Austria, beliau melihat penduduk disana menggunakan suntikan anastesi untuk hewan yang mau disembelih, agar mereka (hewan) tidak merasa sakit. Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa di Eropa sudah sampai sejauh itu penghargaanya pada para hewan, apalagi manusia. Belum lagi saat di China, ada sebuah kota kecil yang sepi dan sedikit penduduknya, tapi beliau melihat jalan-jalan disana sudah ramah dan aman bagi orang buta. Pak Syafiq melanjutkan ceritanya ketika dia berada ditanah kelahirannya, Paciran Lamongan. Ada andong ditumpangi 5 orang dengan membawa kiloan beras dan gula, ketika kuda merasa tidak kuat menarik, malah dipecut. Konsep Islam yang rahmatan lil alamin merupakan amanah yang harus di jalankan sebagai umat yang terbaik. Dan para hadirin ditantang, khususnya sekolah-sekolah Muhammadiyah, pada isu HIV/AIDS, ada sekolah tertentu yang menolak siswa yang sudah terdeteksi mengidap penyakit AIDS. Padahal penyakit ini tidak menular melalui makanan, ciuman tangan, atau keringatnya. Maukah kita menerima mereka ??. Terkadang malah orang islam sendiri yang menutupi rahmat lil alamin itu sendiri, karena sekolah yang menolak itu adalah sekolah Islam.

Setelah memberikan sambutannya, Prof. Syafiq A. Mughni meninggalkan tempat dan selanjutnya acara simposium dibuka oleh Moderator Drs. Tulus Winarsunu, M.Si. yang langsung mengenalkan 2 keynote speaker pagi itu, yaitu Dr. Ekodjatmiko Sukarso, Selaku Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa dari Kementrian Pendidikan Nasional, yang membahas tentang Kebijakan Penyelenggaraan PK/PLK di Indonesia. dan Dr. Muhadjir Effendi, M.Apt. selaku Rektor UMM, yang membahas tentang Peran Perguruan Tinggi dalam Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Khusus di Indonesia. Acarapun diperkirakan berakhir pukul 11.30 WIB. Sebelum masuk pada kajian para keynote speaker, Pak Tulus, memberikan pemahaman awal tentang apa itu PK/PLK, yaitu untuk Pendidikan Khusus (PK) bagi anak yang cacat dikarenakan dirinya (bawaan) sedangkan Pendidikan Layanan Khusus (PLK) bagi anak yang mengalami “cacat” / keterbatasan karena faktor dari luar diri yang menjadikan mereka ABK, Anak Jalanan, ataupun PSK.

Dr. Eko dalam paparannya menyampaikan bahwa Kementrian Pendidikan Sekolah Luar biasa telah menggelontorkan banyak dana untuk sekolah khusus semacam SLB, kalau di Surabaya ada Galuh Handayani dan instansi Perguruan Tinggi seperti, UNTAG, UBAYA dan UNESA telah mendapat dana untuk mendukung program pemerintah dalam melayani pendidikan WAJAR 9 TH bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Seluruh sekolah di Indonesia dapat mengajukan proposal guna mendapat bantuan dana pembiayaan pendidikan bagi anak-anak khusus atau cacat tersebut. Karena diperkirakan tahun ini APBN untuk ABK akan mencapai 30 %. Sehingga trade mark sekolah Inklusi merupakan sebuah kebutuhan dimana anak-anak khusus (ABK) ini akan bermain, berkegiatan belajar, hidup berdampingan bersama dengan anak-anak yang normal akan tetapi pada kegiatan belajar, mereka akan mendapatkan perlakuan khusus dan berbeda. Beliau pun menceritakan kisah tentang tuna rungu yang bisa mengoperasikan komputer, dan dia mampu bekerja dan mendapatkan upah/gaji untuk itu. Belum lagi ada seorang Direktur SCTV yang mempunyai dua anak penyandang cacat kursi roda, telah menyekolahkan anak-anaknya di sekolah internasional tapi seiring berjalannya waktu kepala sekolah akhirnya demi mempertahankan citra diri sekolah, mengeluarkan anak yang cacat tersebut dari sekolah mereka. Jangan bilang masalah duit, orang tua anak-anak ini tidak ada masalah dengan soal uang, akan tetapi ketika dipindah ke beberapa sekolah maju swasta atau negeripun tidak ada yang berani menerima. Begitupula di sekolah yang bernafaskan Islam, ditolak juga. Padahal perintah agama menyerukan bahwa tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat. Diakhir pemaparannya Dr. Eko mengajak kepada seluruh sekolah swasta, negeri atau Islam sekalipun khususnya sekolah Muhammadiyah sudah berani menerima anak khusus, beliau menggambarkan bagaimana sekolah inklusi adalah seperti sekolah di film Laskar Pelangi besutan novel Andrea Hirata. Sangat beragam siswanya, dan tidak harus berseragam. Bagaimana pula sekolah bisa juga mengentas anak jalanan agar diterima menjadi peserta didik yang layak secara gratis, biaya akan didukung oleh pemerintah.

Sedangkan Rektor UMM, Muhadjir Effendi dalam paparannya banyak mengkritisi program-program pemerintah yang ujung-ujungnya mubadzir, dan tidak tepat sasaran. Beliau mencontohkan bahwa program sekolah SMK yang sampai gencar diiklankan, itu tidak perlu ada, sebenarnya sudah termasuk WAJAR 9 TH, kalau memang ingin menghasilkan produk sumber daya manusia yang siap pakai, mending perusahaan menggunakan anak-anak lulusan Diploma 1 Th – 3 Th, yang langsung spesifik belajar di satu bidang khusus, sedangkan SMK, dalam jangka waktu 3 th mengajarkan ilmu bidang khusus tapi dicampur kegiatan-kegiatan belajar ilmu yang tidak spesifik dan tidak mendukung. Belum lagi program SBI dan RSBI, di gelontor dana habis-habisan, siswanya dibiayai dan difasilitasi Negara, padahal yang sekolah disitu bukan dari kalangan orang miskin, tapi kalangan orang tua yang berada, mampu dan kaya, yang bisa membayari sekolah anaknya. Malah digratiskan. Mereka pintar karena memang gizi vitamin dan lingkungan rumah tangganya serba berkecukupan, dibandingkan sekolah islam, menerima siswa yang miskin atau dhuafa dengan syarat lagi, harus PINTAR!. Sindir Muhadjir, mana ada orang miskin yang pintar??!. Orang miskin ya, gak pintar. Terima aja apa adanya jangan ada syarat macam-macam. Pemerintah diingatkan untuk bantu mereka itu. Ditambahkan lagi, belum lagi program profesi guru yang dibentuk pemerintah, memberi tambahan insentive bagi para guru yang sering mengikuti seminar dan pelatihan, dan mengumpulkan seabrek sertifikat atau ijazah seminar dll. Pak rektor menyindir lagi, masa’, guru profesional hanya dilihat dari tumpukan ijazah atau portofolio yang dimilikinya, bukan dari tahapan-tahapan tes lebih signifikan.
Forum debat panggung pun bergulir antara Rektor dan Direktur PSLB, yang notabene mewakili pemerintah, dia melontarkan dengan gurauan bahwa tidak semua anak miskin tidak pintar, ada yang pintar. Kata beliau. Seperti yang di film Laskar Pelangi, bagaimana si Lintang anak orang miskin memiliki otak encer. dia sering makan kepala ikan, sebab bapaknya seorang nelayan, karena belum ada aja penelitian yang mengatakan makan kepala ikan otak jadi pintar. Pak Rektor menimpali langsung, hanya 1 : 1000 ada anak seperti Lintang yang makan kepala ikan, katanya. Seluruh hadirin ger-geran melihat keynote speaker yang saling adu argumen.

Acara berakhir untuk brake istirahat, sholat dan makan, seluruh peserta keluar ruangan dan dibagikan kepada mereka nasi kotak untuk makan siang serta menerima VCD data materi seminar untuk hari ini. Dan tak lama setelah makan siang dan sholat kami segera kembali keruangan untuk mengikuti acara sesi I dan II langsung dengan 4 narasumber sekaligus, diantaranya adalah Dr. Budianto, selaku dosen psikologi UMM, menyampaikan tema Optimalisasi penyelenggaraan Pendidikan Inklusi di Indonesia dan Drs. Achmadi, M.Ed. dari (Dinas Pendidikan Pemprov Jatim) membahas Peran Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Inklus di Jawa Timur. Yang ketiga Dr. Arif Budi Wurianto (Dosen UMM) menyampaikan dasar-dasar pedagogik dalam penyelenggaraan pendidikan khusus. Dan yang terakhir M. Salis Yuniardi, S.Psi. selaku Direktu ACENAS PK/PLK UMM) membahas peran assesment dalam penyelenggaraan pendidikan khusus.

Secara singkat narasumber I, Dr. Budianto mengatakan bahwa dengan menyandang sekolah Inklusi, bukan berarti terus citra sekolah semakin turun, malah menjadi naik, bagi mereka yang paham dan mengerti hal ini, memang dalam tanya jawab secara riil ada SMK Muhammadiyah Tamanan yang menerima siswa tuna netra, para guru bingung mengajarnya, sekolah tidak siap dengan sarana dan prasarananya, dituntut oleh komite orang tua untuk mengeluarkan anak tersebut. Beliaupun menambahkan bahwa sekolah-sekolah umum jangan sampai melabeli anak-anak dengan sebutan yang tidak layak, seperti anak bodoh, nakal, idiot, hiperaktif, autis, dll, tanpa melakukan pemetaan potensi dan kompetensi siswa atau tes secara klinis. Maka peran assesment center penting disini. Tidak hanya kayaknya, kelihatannya, berupa dugaan-dugaan semata. Bisa gawat tuh!.
Sedangkan narasumber II, Drs. Achmadi menjelaskan lewat slide proyektor jenis-jenis sekolah yang dibantu oleh Pemprov dengan syarat-syarat proposal sesuai yang dibutuhkan. Dan jika mengajukan dana, dimohon untuk kulo nuwun diduluh di tingkat kecamatan, dan daerah baru ke Dinas Provinsi. Diberitahukan Dinas Pemprov Jatim ada di Jl. Genteng kali 33. dan syarat penting dalam pengajuan adalah kesadaran sekolah untuk, menentukan skala prioritasnya dulu, baru dukungan data akurat, dilanjutkan perencanaan yang matang dan terkontrol serta dukungan anggaran yang berkelanjutan, tak lupa kebijakan yang tepat, konsisten, berkomitmen dan tanggung jawab.
Dan narasumber III, Dr. Arif mengingatkan semua pengajar harus paham Human touch pada anak-anak Inklusi, harus mendarah daging dengan perilaku yang Care, Share, Dear dan Aware. Sehingga anak merasa nyaman dan aman atau safety, security,.stability dan fredom from fear. Beliau juga menggambarkan banyaknya anak-anak khusus diantaranya anak-anak yang kehilangan kehangatan orang tua, kekurangan gizi makanan dan minuman, need special equipment, tidak butuh tongkat dan kursi roda dan anak-anak yang tidak dapat bersekolah. Dan masih banyak lagi.
Narasumber terakhir, M. Salis Cuma mengajarkan dan memahamkan audiensi tentang harus sabarnya membimbing anak khusus, beliau banyak menggunakan permainan dilayar yang harus dijawab oleh peserta. Dan mengingatkan lagi jangan sampai kita salah tafsir pada anak tentang gangguan-gangguannya tanpa adanya assessment dulu dengan benar.

Acara berakhir pukul 17.00 WIB, para peserta membubarkan diri untuk mengambil Certifikat/Ijazah Seminar. Ust. Huda dan Ust. Achung berpisah pulang kembali ke rumah masing-masing, tiba dirumah sekitar pukul 17.35 WIB. (@)

Kamis, 18 Februari 2010

HIZBUL WATHON CAMP 2010

Sukolilo – Hisbul Wathon (HW) Kwarda Surabaya mengadakan Perkemahan Pandu Ceria Athfal pada hari sabtu-minggu tanggal 13-14 Februari 2010 di Institut Teknologi Surabaya (ITS) Sukolilo, dan diikuti oleh seluruh SD. Muhammadiyah sekota Surabaya. Acara ini terselenggara berkat dukungan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Surabaya.

Pada Hisbul Wathon Camp 2010 kali ini, Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 mengirimkan perwakilan siswanya sebanyak 2 kelompok yang terdiri dari 13 siswa. Kelompok putra yang terdiri dari 5 siswa putra kelas 5 Thomas Alfa Edison dan Caroulus Linaeus diantaranya : Firman, Fikri, Affa, Hisyam, dan Hafidz serta kelompok putri yang terdiri dari 8 siswi putri kelas 5 juga, diantaranya : Sabai, Mimi, Nanda A, Nanda S, Vena, Virghina, Nela dan Assa, dengan membawa perbekalan secukupnya serta 4 tenda ukuran Dome, mereka berangkat pagi hari pukul 07.00 WIB dengan didampingi oleh Ustad. Huda, Ustad Iir, Ustadah Alfiah dan Nia, menggunakan 3 armada carteran, dan langsung meluncur ke ITS Sukolilo.

Tiba dihari pertama ini, anak-anak yang terlibat di ekskul HW ini langsung daftar ulang dan menyiapkan alat untuk persiapan memasang tenda. Sekitar pukul 09.00, peserta HW dari Sekolah Kreatif SDM 20 dengan dibantu para pendamping, sudah menyelesaikan pemasangan begitu pula dengan yang lain, dan bersiap melakukan gladi resik Upacara pembukaan, dan berkoordinasi dengan Pak Dedi, selaku pelatih Ekskul HW sekaligus duduk dalam kepanitian Camp HW 2010 ini.

Dan tepat pukul 09.30, Upacara pembukaan Perkemahan Pandu Ceria Athfal Hizbul Wathon 2010 dibuka oleh Ketua Pimpinan HW Kwarda Surabaya Bp. Drs. H. Syamsun Ali, M.A dan dilanjutkan oleh Ketua Wilayah Kwarwil Bp. Halim Bay dan para jajaran pengurus yang lain.

Selesai upacara pembukaan, panitia mengambil alih kendali dan saat ini seluruh peserta bersiap untuk masuk materi pertama yaitu mencari teman sejumlah 100 anak yang dikemas dalam game Mencari Sahabat. Anak-anak saling berinteraksi bertanya, dan saling mengenal antar satu dengan yang lain. “aku sudah kenal dengana semua anak SD. Muhammadiyah 21, Ustad!” teriak Affa pada pendampingnya. Sambil terus mengenalkan dirinya kepada yang lain. “Aku lali kabeh ustad !” ucap Vena pada temannya yang lain. Menjelang pukul 12.00, acara dihentikan untuk brake  Istirahat, sholat dan makan.

Setelah pukul 13.00 sampai 15.00 acara dilanjutkan dengan permainan Menguatkan dan Memaksimalkan indera penciuman dalam Kemampuan Indera Mencium (KIM), disajikan berbagai macam bentuk bau-bauan mulai yang harum/wangi, amis, busuk, dan bau menyengat. Dan dilanjutkan dengan pelatihan baris berbaris serta Tali temali. Disini anak-anak dibimbing untuk disiplin dan tertib dalam barisan, serta mengenal 8 bentuk tali simpul yang bisa digunakan dalam teknik mengikat tali yang benar dan kuat.

 

Hingga waktu waktu brake sholat ashar, acara pun dilanjutkan dengan materi mengenal tokoh Muhammadiyah dan HW, struktur organisasi, dan posisi sebagai organisasi otonom dari Muhammadiyah. Tak lupa materi Al Islampun disajikan untuk menguatkan akidah dan ibadah kaum generasi muda kedepan ini, sampai waktu menunjukkan pukul 17.30, menjelang maghrib, acara di brake lagi untuk Istirahat, sholat jama’qoshor dan makan malam. Dari jadwal yang telah ditetapkan adanya Api unggun / pentas seni, maka untuk acara malam hanya ada pentas seni (Talent Show) dari tiap kelompok peserta HW yang terdiri dari 25 SD. Muhammadiyah, dan tiap sekolah mengutus 2-3 kelompok. Bisa dibayangkan pentas akan bersambung keesokan harinya. Para pendamping berkoordinasi untuk menyiapkan tidur anak-anak, karena tiba-tiba hujan deras mengguyur kampus ITS sekitar pukul 18.15, setelah sholat maghrib, dan baru reda sekitar pukul 21.00 WIB. Acara pentas senipun dilaksanakan di dalam gedung aula luar kampus ITS.

 

Dihari kedua, seluruh peserta melakukan sholat shubuh dan dilanjutkan dengan senam pagi, lalu sarapan pagi yang dikirim dengan menu nasi goreng dan telur, enak sekali makannya, ditambah lagi masakan opor ayam semalam, masih bisa dipanaskan lagi oleh Ustadah Nia dan Alfiah. Anak-anak makan dengan lahap diselingi dengan minum teh celup.

 

Siang itu, hadir ustad Achung yang bertujuan meliput berita kegiatan HW kali ini, dan beliau menyaksikan langsung kegiatan dihari kedua ini yaitu game-game kerjasama seperti Memindah bom yang dilakukan oleh beberapa anak dalam kelompok, Bom diletakkan diujung paralon dan dipindahkan dengan beberapa tali membentang bersebrangan, digeser bersama dari satu titik start berpindah ke titik finish. Serta permainan Meniti tali yang membentang panjang dengan menyebrang tidak boleh jatuh. Dalam permainan ini anak-anak dikompetisikan dengan memperoleh penghargaan berupa piala dari K3S. yang disayangkan anak-anak kreatif 20 gagal merebut posisi juara. Acarapun dilanjutkan dengan Pentas seni yang dilanjutkan dari kegiatan semalam.

 

Dalam kesempatan ini, Ustad Achung sempat mewawancarai Bapak Luki Hartono, S.Th.I sebagai wakil sekretaris Kwarda HW Surabaya dan Bapak Dedi Siswanto, seorang Trainer HW yang juga melatih pramuka sekolah-sekolah negeri, sekaligus beliau sebagai Pelatih di Ekskul HW Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20.

 

Dalam wawancara Luki mengatakan, bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah Mengenalkan kepada anak-anak – Athfal (tingkatan dasar kader muda tingkat SD di HW) agar mereka tahu bahwa keberadaan Muhammadiyah yang lahir lebih dulu sebelum masa kemerdekaan bangsa ini, telah memiliki Hisbul Wathon (HW) yang artinya cinta tanah air. Kader HW dilatih bermacam materi Kemandirian, Kepemimpinan, Mengatasi tantangan alam, Pelatihan Keagamaan budi pekerti dan bagaimana menjadi individu yang ber-Akhlaqul Karimah dan termotivasi untuk cinta tanah air. Setelah itu baru ada Pramuka dan Istilah-istilah lain yang lebih menyeruak dalam bentuk provider pelatihan alam, atau pelatihan mental yang cenderung ke profit oriented. Ditambahkan oleh Dedi, dikegiatan dasar HW ini, kita mencoba mengkondisikan anak dan menjajagi sampai sejauh mana ketahanan mental survive atau bertahan hidup dengan keterbatasan bekal, tapi anak-anak bisa keluar dari sangkar sekolah ke alam bebas dan hidup berdampingan dalam suka dan duka bersama teman-teman lain yang begitu banyak. Dan dalam kegiatan ini tidak ada satupun kegiatan berupa juritan malam yang menakutkan, dan bentakan berupa ploncoan. Karena karakter dasar untuk kader pemula ini adalah Keceriaan Anak, Tandas Dedi. Dan untuk acara api unggun yang semalam batal, memang untuk kader dasar mereka belum perlu diajarkan api unggun dengan bernyanyi berkeliling, karena mereka masih sensitif belum bisa dipahamkan bahwa hal ini bukan berarti menyembah api, seperti yang dipahami beberapa orang tua yang memang tidak setuju dengan acara api unggun, kegiatan yang dianggap meniru perilaku masyarakat animis dan dinamisme (primitive) atau juga seperti upacara dengan menghormat Bendera, masih dianggap kontroversi. tambah Luki. Tapi rambu-rambu di HW tetap memperhatikan dan mengikuti aturan yang ditetapkan sesuai kaidah hukum himpunan persetujuan Tarjih.

 

Wawancara ditutup dengan penjelasan dari Luki dan Dedi, tentang kelanjutan anak-anak dalam tingkatan HW yang ditandai dengan strip di Setengan Leher (Hasduk, dipramuka). Bahwa untuk strip warna kuning, untuk Athfal, warna merah, untuk Pengenal sedangkan  warna putih, untuk Penghela dan Pelatih.

Nanti anak-anak yang berada di tingkat SD, bisa terlibat HW mulai kelas 3 dengan sebutan Athfal Melati, dan di kelas 4 mereka disebut Bintang I kemudian di kelas 5 mereka disebut, Bintang II (seperti dalam kepangkatan). Dalam penjelasan di informasikan bahwa sentral kantor kwarda HW berada dalam satu naungan dikantor PDM Sutorejo, Surabaya.

Acara Perkemahan HW 2010 diakhiri dengan pementasan kelompok peserta HW, sekolah kreatif SDM 20 tampil pukul 10.30 dengan pementasan baca puisi dan tepuk HW untuk kelompok putri, sedangkan  untuk kelompok purta menyanyi lagu Garuda di dadaku tapi lyriknya diganti dengan istilah-istilah di HW. Kemudian menjelang dhuhur, sesuai ketetapan jam 12.00 acara di tutup, panitia dan seluruh peserta melakukan upacara penutupan. Dan pembagian hadiah piala bagi sekolah yang memenangkan beberapa kegiatan yang dilombakan. (@)

Minggu, 14 Februari 2010

OLYCON 2010

MalangPada ajang tahunan bertajuk National Olympiad and International Conference (Olycon) 2010 telah memasuki tahun ke V. Dalam penyelenggaraannya kali ini Majelis Dikdasmen P.W.M Jawa Timur masih tetap mempercayakan pelaksanaan acara ini di DOME Universitas Muhamadiyah Malang (UMM). Olimpiade ini diikuti 976 sekolah (SD-SMA/SMK) se-Indonesia. Olycon ini dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi terhadap kreatifitas dan keilmuan sekolah-sekolah di lingkungan Majelis Dikdasmen.

Pada momen kali ini Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 turut berpartisipasi mengikuti ajang lomba Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (ISMUBA), Sains dan Matematika. Dengan mengendarai 3 mobil, tim peserta lomba yang didampingi pembinanya, Ustad Huda dan Ustadah Arum, meluncur ke Malang, tepatnya ke Universitas Muhammadiyah Malang. Rencananya, Tim yang berangkat sore hari ini (5/2/2010) akan menjemput rekannya yang lebih dulu berangkat yaitu Tim Nasyid, dalam latihan gladibersih untuk acara pentas musik Olycon besok hari, yang berkolaborasi dengan SD Kreatif 16. diantara yang dijemput adalah Faisal, Rosyid, Erwin dan Nasrul serta Ustad Iir, yang akan langsung diboyong ke Villa Jasmine, Base Camp sewaan tim kreatif 20. Tapi sebelum tiba di Villa, anak-anak perutnya sudah keroncongan, maka sopir yang terdiri dari Ust. Hanif, Ust. Ashari dan Pak Joko langsung menuju ke RM. Cui Mie Khas Malang. Setelah kenyang, mobil pun meluncul ke villa Jasmine, tempat penginapan. Hawa dinginpun menusuk-nusuk tapi tidak menyurutkan semangat para peserta. Setelah sholat berjamaah, para Ustad membekali mental para peserta. Tim mengkerucut menjadi tiga kelompok, check materi yang telah diajarkan. Setelah itu menghimpun tenaga, untuk tidur.

Tanggal 6 Januari 2010.

Setelah sholat subuh berjamaah dan penguatan mental. Semua tim bersiap menuju DOME UMM untuk mengikuti pembukaan Olycon oleh wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf. Setelah acara dibuka para peserta menuju ruang ujian yang telah ditetapkan, didampingi ustad dan ustadzah. Babak penyisihan dimulai pukul 10.30-12.15. Semuanya siap dan pertempuran dimulai. Saat para peserta melaksanakan kegiatan babak penyisihan. Konferensi di DOME dimulai. Ustad Hanif dan Ustad Ain menghadiri acara tersebut. Ditengah acara konferensi, Tim Nasyid dari Kreatif 20 pun mengisi kemeriahan acara tersebut.

Dalam konfrensi Internasional tahun ini tema yang diusung adalah sains dan teknologi dan para narasumbernya adalah Yasuki Odoko Konsulat Jendral (Konjen) Jepang di Surabaya, Wang Hao Gen Konjen Cina di Surabaya, Kathe Kirbe Asia Educations Foundations (Yayasan Pendidikan Asia) dari Australia. Dan ada dua pembicara dari dalam negeri, yaitu Imam Robandi Pimpinan Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Jatim dan Achmad, penerima penghargaan perpustakaan nasional 2009 dengan perpustakaan digital yang diakui dalam skala Internasional.

Setelah menyelesaikan tes tulis dalam babak penyisihan, para peserta menunggu hasil yang diperoleh dengan makan siang terlebih dahulu yang telah disediakan oleh panitia, sholat dhuhur dan azhar pun dijamak. Kemudian, hasil dari pengumumannya :

Tim Ismuba yang terdiri dari Haqqi-Fauzia dan Ryan–Fia, berhasil lolos babak semifinal. Sedangkan kelompok Mia–Afis, serta Tim Matematika yang terdiri dari Hanif kelas 4 Al Farizi, Virgha dan Hero kelas 5 Thomas, gagal. Kegagalan pun dialami oleh Tim Sains yang terdiri dari Nada kelas 4 Aljabar, Salsa dan Rifqi kelas 5 Thomas.

Tim yang gagal langsung menuju villa jasmine. Rasa penyesalan pun tampak pada mereka. Tetapi sebuah power besar diujung penyesalan itu adalah semangat untuk lebih baik lagi untuk pertempuran olimpiade-olimpiade nasional di tahun berikutnya.

Tim ismuba yang lolos ke babak semifinal terus melanjutkan pertempurannya, meskipun berujung ketidakberuntungan. Tim yang digawangi oleh Ustad Huda, Ustad Suprianto dan Ustad Ain terus memacu adik-adik penerusnya untuk melanjutkan jejak-jejak mereka.

Keesokan paginya, Tanggal 7 Februari 2010, karena villa tidak jauh dengan pasar songgoriti. Anak-anak dan pendamping menghabiskan waktu untuk berbelanja dan menikmati tempat wisata songgoriti sebelum pulang menuju Surabaya. sampai di Surabaya pukul 13.00 WIB. (Arum)

Sabtu, 13 Februari 2010

Hizbul Wathon Camp 2010

Sukolilo – Hizbul Wathon (HW) Kwarda Surabaya mengadakan Perkemahan Pandu Ceria Athfal pada hari sabtu-minggu tanggal 13-14 Februari 2010 di Institut Teknologi Surabaya (ITS) Sukolilo, dan diikuti oleh seluruh SD. Muhammadiyah sekota Surabaya. Acara ini terselenggara berkat dukungan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Surabaya.

Pada Hisbul Wathon Camp 2010 kali ini, Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20 mengirimkan perwakilan siswanya sebanyak 2 kelompok yang terdiri dari 13 siswa. Kelompok putra yang terdiri dari 5 siswa putra kelas 5 Thomas Alfa Edison dan Caroulus Linaeus diantaranya : Firman, Fikri, Affa, Hisyam, dan Hafidz serta kelompok putri yang terdiri dari 8 siswi putri kelas 5 juga, diantaranya : Sabai, Mimi, Nanda A, Nanda S, Vena, Virghina, Nela dan Assa, dengan membawa perbekalan secukupnya serta 4 tenda ukuran Dome, mereka berangkat pagi hari pukul 07.00 WIB dengan didampingi oleh Ustad. Huda, Ustad Iir, Ustadah Alfiah dan Nia, menggunakan 3 armada carteran, dan langsung meluncur ke ITS Sukolilo.

Tiba dihari pertama ini, anak-anak yang terlibat di ekskul HW ini langsung daftar ulang dan menyiapkan alat untuk persiapan memasang tenda. Sekitar pukul 09.00, peserta HW dari Sekolah Kreatif SDM 20 dengan dibantu para pendamping, sudah menyelesaikan pemasangan begitu pula dengan yang lain, dan bersiap melakukan gladi resik Upacara pembukaan, dan berkoordinasi dengan Pak Dedi, selaku pelatih Ekskul HW sekaligus duduk dalam kepanitian Camp HW 2010 ini.

Dan tepat pukul 09.30, Upacara pembukaan Perkemahan Pandu Ceria Athfal Hizbul Wathon 2010 dibuka oleh Ketua Pimpinan HW Kwarda Surabaya Bp. Drs. H. Syamsun Ali, M.A dan dilanjutkan oleh Ketua Wilayah Kwarwil Bp. Halim Bay dan para jajaran pengurus yang lain.

Selesai upacara pembukaan, panitia mengambil alih kendali dan saat ini seluruh peserta bersiap untuk masuk materi pertama yaitu mencari teman sejumlah 100 anak yang dikemas dalam game Mencari Sahabat. Anak-anak saling berinteraksi bertanya, dan saling mengenal antar satu dengan yang lain. “aku sudah kenal dengana semua anak SD. Muhammadiyah 21, Ustad!” teriak Affa pada pendampingnya. Sambil terus mengenalkan dirinya kepada yang lain. “Aku lali kabeh ustad !” ucap Vena pada temannya yang lain. Menjelang pukul 12.00, acara dihentikan untuk brake Istirahat, sholat dan makan.

Setelah pukul 13.00 sampai 15.00 acara dilanjutkan dengan permainan Menguatkan dan Memaksimalkan indera penciuman dalam Kemampuan Indera Mencium (KIM), disajikan berbagai macam bentuk bau-bauan mulai yang harum/wangi, amis, busuk, dan bau menyengat. Dan dilanjutkan dengan pelatihan baris berbaris serta Tali temali. Disini anak-anak dibimbing untuk disiplin dan tertib dalam barisan, serta mengenal 8 bentuk tali simpul yang bisa digunakan dalam teknik mengikat tali yang benar dan kuat.

Hingga waktu waktu brake sholat ashar, acara pun dilanjutkan dengan materi mengenal tokoh Muhammadiyah dan HW, struktur organisasi, dan posisi sebagai organisasi otonom dari Muhammadiyah. Tak lupa materi Al Islampun disajikan untuk menguatkan akidah dan ibadah kaum generasi muda kedepan ini, sampai waktu menunjukkan pukul 17.30, menjelang maghrib, acara di brake lagi untuk Istirahat, sholat jama’qoshor dan makan malam. Dari jadwal yang telah ditetapkan adanya Api unggun / pentas seni, maka untuk acara malam hanya ada pentas seni (Talent Show) dari tiap kelompok peserta HW yang terdiri dari 25 SD. Muhammadiyah, dan tiap sekolah mengutus 2-3 kelompok. Bisa dibayangkan pentas akan bersambung keesokan harinya. Para pendamping berkoordinasi untuk menyiapkan tidur anak-anak, karena tiba-tiba hujan deras mengguyur kampus ITS sekitar pukul 18.15, setelah sholat maghrib, dan baru reda sekitar pukul 21.00 WIB. Acara pentas senipun dilaksanakan di dalam gedung aula luar kampus ITS.

Dihari kedua, seluruh peserta melakukan sholat shubuh dan dilanjutkan dengan senam pagi, lalu sarapan pagi yang dikirim dengan menu nasi goreng dan telur, enak sekali makannya, ditambah lagi masakan opor ayam semalam, masih bisa dipanaskan lagi oleh Ustadah Nia dan Alfiah. Anak-anak makan dengan lahap diselingi dengan minum teh celup.

Siang itu, hadir ustad Achung yang bertujuan meliput berita kegiatan HW kali ini, dan beliau menyaksikan langsung kegiatan dihari kedua ini yaitu game-game kerjasama seperti Memindah bom yang dilakukan oleh beberapa anak dalam kelompok, Bom diletakkan diujung paralon dan dipindahkan dengan beberapa tali membentang bersebrangan, digeser bersama dari satu titik start berpindah ke titik finish. Serta permainan Meniti tali yang membentang panjang dengan menyebrang tidak boleh jatuh. Dalam permainan ini anak-anak dikompetisikan dengan memperoleh penghargaan berupa piala dari K3S. yang disayangkan anak-anak kreatif 20 gagal merebut posisi juara. Acarapun dilanjutkan dengan Pentas seni yang dilanjutkan dari kegiatan semalam.

Dalam kesempatan ini, Ustad Achung sempat mewawancarai Bapak Luki Hartono, S.Th.I sebagai wakil sekretaris Kwarda HW Surabaya dan Bapak Dedi Siswanto, seorang Trainer HW yang juga melatih pramuka sekolah-sekolah negeri, sekaligus beliau sebagai Pelatih di Ekskul HW Sekolah Kreatif SD. Muhammadiyah 20.

Dalam wawancara Luki mengatakan, bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah Mengenalkan kepada anak-anak – Athfal (tingkatan dasar kader muda tingkat SD di HW) agar mereka tahu bahwa keberadaan Muhammadiyah yang lahir lebih dulu sebelum masa kemerdekaan bangsa ini, telah memiliki Hisbul Wathon (HW) yang artinya cinta tanah air. Kader HW dilatih bermacam materi Kemandirian, Kepemimpinan, Mengatasi tantangan alam, Pelatihan Keagamaan budi pekerti dan bagaimana menjadi individu yang ber-Akhlaqul Karimah dan termotivasi untuk cinta tanah air. Setelah itu baru ada Pramuka dan Istilah-istilah lain yang lebih menyeruak dalam bentuk provider pelatihan alam, atau pelatihan mental yang cenderung ke profit oriented. Ditambahkan oleh Dedi, dikegiatan dasar HW ini, kita mencoba mengkondisikan anak dan menjajagi sampai sejauh mana ketahanan mental survive atau bertahan hidup dengan keterbatasan bekal, tapi anak-anak bisa keluar dari sangkar sekolah ke alam bebas dan hidup berdampingan dalam suka dan duka bersama teman-teman lain yang begitu banyak. Dan dalam kegiatan ini tidak ada satupun kegiatan berupa juritan malam yang menakutkan, dan bentakan berupa ploncoan. Karena karakter dasar untuk kader pemula ini adalah Keceriaan Anak, Tandas Dedi. Dan untuk acara api unggun yang semalam batal, memang untuk kader dasar mereka belum perlu diajarkan api unggun dengan bernyanyi berkeliling, karena mereka masih sensitif belum bisa dipahamkan bahwa hal ini bukan berarti menyembah api, seperti yang dipahami beberapa orang tua yang memang tidak setuju dengan acara api unggun, kegiatan yang dianggap meniru perilaku masyarakat animis dan dinamisme (primitive) atau juga seperti upacara dengan menghormat Bendera, masih dianggap kontroversi. tambah Luki. Tapi rambu-rambu di HW tetap memperhatikan dan mengikuti aturan yang ditetapkan sesuai kaidah hukum himpunan persetujuan Tarjih.

Wawancara ditutup dengan penjelasan dari Luki dan Dedi, tentang kelanjutan anak-anak dalam tingkatan HW yang ditandai dengan strip di Setengan Leher (Hasduk, dipramuka). Bahwa untuk strip warna kuning, untuk Athfal, warna merah, untuk Pengenal sedangkan warna putih, untuk Penghela dan Pelatih.
Nanti anak-anak yang berada di tingkat SD, bisa terlibat HW mulai kelas 3 dengan sebutan Athfal Melati, dan di kelas 4 mereka disebut Bintang I kemudian di kelas 5 mereka disebut, Bintang II (seperti dalam kepangkatan). Dalam penjelasan di informasikan bahwa sentral kantor kwarda HW berada dalam satu naungan dikantor PDM Sutorejo, Surabaya.

Acara Perkemahan HW 2010 diakhiri dengan pementasan kelompok peserta HW, sekolah kreatif SDM 20 tampil pukul 10.30 dengan pementasan baca puisi dan tepuk HW untuk kelompok putri, sedangkan untuk kelompok purta menyanyi lagu Garuda di dadaku tapi lyriknya diganti dengan istilah-istilah di HW. Kemudian menjelang dhuhur, sesuai ketetapan jam 12.00 acara di tutup, panitia dan seluruh peserta melakukan upacara penutupan. Dan pembagian hadiah piala bagi sekolah yang memenangkan beberapa kegiatan yang dilombakan. (@)

Kamis, 11 Februari 2010

JUAL - BELI KLS 1

Tembok DukuhPada hari yang bersamaan antara kelas 1 dan kelas 4 yang melakukan kegiatan Edutainmen, melakukan jual-beli dihalaman sekolah, yang tampak hari itu sangat penuh dengan para pedagang kue dan jajanan goreng, serta pernak-pernik lainnya. Lebih meriah dari kelas 4, Kelas 1 Rabbit dan Penguin, dipandu oleh Ustadahnya melakukan kegiatan belajar dengan praktek untuk memahami materi PPKN dengan tema Jual-Beli, merekapun membuat pasar sendiri yang bernama Pasar Kru-Cil.

Hari ini (Kamis, 11/02/2010), Siswa-siswi binaan Ustadah Ni’mah-Nia dan Ustadah Alfiah-Arum, melakukan kegiatan jual-beli. Karena dihari sebelumnya, mereka mendapat panduan yang diberikan kepada orang tua, bahwa setiap siswa hanya diperkenankan membeli barang untuk dijual dengan beberapa macam bahan tapi dana yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp.5.000,-, dan barang yang akan dijual harus sudah ada label harganya, serta barang/bahan apa yang harus dibeli sudah ditentukan oleh gurunya sesuai dengan nomor kelompok tertentu membeli bahan tertentu.

Sekitar 50 siswa dibagi menjadi 12 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 anak. Dan secara berurutan dari kelompok 1 – 12, mereka membeli, Sosis, Nugget, Tango, Es (yang sudah dikemas dirumah), Susu, Permen (lollipop), Aneka Roti, Chocolatos, Nabati, Sari Kedelai, Sinom dan Gorengan (12 aitem bahan bawaan).

Menurut keterangan Ustadah Ni’mah dan Alfiah, dalam kegiatan kali ini, anak-anak diharapkan dapat langsung mengenal apa itu arti dan fungsi dari uang, yang kedua mereka diharapkan bagaimana mereka tahu namanya menjual atau membeli, serta apa artinya untung atau rugi. Dalam aksinya, tiap kelompok mengalami proses belajar yang unik, dalam memahami hal itu semua.

Setelah mereka melakukan tugas menjual barang, meniru seperti yang dilakukan oleh kakaknya di kelas 4, yang saat itu acara bareng, Merekapun berteriak, beli.. beli.. beli ya bu.. beli ya pak.. beli .. ya ..ustad/ah ... belio po’o.. ada juga yang berteriak sama, tapi agak memaksa, tapi namanya anak yang memasarkan, berhasil juga dibeli oleh gurunya. Ada yang memasarkan tapi lebih banyak menggerutunya, seperti, gak laku-laku, capeklah, bingung cara menjualnya, ada yang satu kelompok diam saja dalam berjualan, dan ada calon pembeli bertanya harga, malah bingung dengan harganya berapa.

Seperti personil dari kelompok 10, bernama Sabrina, setelah kegiatan berakhir yang masih dipahami bahwa jika dari rumah bahan yang dibeli 500, ya dijual 500, atau tadi beli 1000 ya, dijual 1000, Intinya, yang dipahami adalah jika dia keluar dana sekitar Rp.5.000 maka harus balik Rp.5000. itulah namanya untung. Maka ustadahnya memanggil kelompok mereka, setelah acara berakhir dan dipahamkan bahwa apa yang dipahami Sabrina itu namanya balik modal, belum untung.

Belum lagi ada kelompok yang niatnya dari rumah beli bahan Rp.500,- dan dijual, Rp.700,- ketika dilapangan dijual, rata-rata mereka tidak menyiapkan uang receh untuk kembalian, makanya gak laku-laku, ketika dibulatkan 1000, malah gak laku, karena rata-rata pembeli adalah kakak kelas mereka di kelas 2-5, yang tahu kalau dijual 1000, itu kemahalan. Dan ada juga yang kebalikannya, karena masih belum mengerti jual-beli, dan belum mengerti uang, seperti dialami oleh Icha, yang penting habis, dia membeli Tango dan Brownies dengan harga 1000, dan dijual 500, ya .. benar, cepat habis, ludes. Tapi rugi. Ada lagi karena yang belikan bahan ayah atau ibunya, dilapangan saat jualan tidak tahu, berapa harganya, akhirnya gak dijual malah dimakan sendiri.

Tapi ada kelompok yang lebih kreatif lagi, menjual barang dengan bonus stiker, dia beli stiker 1000, dapat sekitar 20 stiker cantik, jadi perstiker Rp.50,- dan ketika menjual barangnya harga beli 700, dijual 1000 mendapat jajan + stiker. Stikernya yang bikin menarik orang untuk beli, bukan jajannya.

Hal-hal ini yang ditekankan oleh ustadahnya, agar mereka tidak takut untuk berbuat kesalahan ataupun istilahnya dianggap bodoh, tapi setelah mengerti mereka diminta untuk tidak mengulangi lagi kesalahan dalam jual dan belinya. Rata-rata mereka merasa mengerti dan banyak yang mengalami untung dalam jumlah sedikit ataupun banyak. Dan rata-rata mereka masih belum mengerti apa itu namanya kerja kelompok, kerena walaupun sudah dikelompokkan, mereka masih menjual barangnya sendiri-sendiri. Hal ini menjadi penekanan juga yang disampaikan ustadah Ni’mah kepada mereka, agar mereka menggabung barang dan menghitung harga total bersama, kemudian tiap orang bisa memasarkan barangnya sendiri atau punya teman kelompoknya. (@)

PRODUKSI DAN KONSUMSI KLS 4

Tembok DukuhKegiatan belajar dengan praktek, yang hari ini (Kamis,11/02/2010) dilakukan oleh siswa kelas 4 Al Jabar dan Al Farizi dipandu oleh 4 guru (ustadah) dengan melakukan kegiatan jual beli di halaman sekolah, menjadi sangat efektif manakala anak-anak menjadi mengerti, karena mereka belajar dengan melakukan. Dengan mengusung tema PRODUKSI dan KONSUMSI pada mata pelajaran sosial (IPS). Anak-anak digiring pada pemahaman tentang arti dan fungsi dari apa itu menghasilkan dan apa itu memakai atau menghabiskan.

Pagi itu seluruh siswa binaan Ustadah Muji-Prima dan Laili-Endang sudah bersiap-siap pada kelompoknya masing-masing dengan bekal yang beraneka macam seperti alat masak dan dapur diantaranya wajan, kompor, toaster, blender dan kabel rol, dengan berbagai bahan makanan dan minuman yang tersaji dengan lengkap. Dalam tugasnya, anak-anak diminta untuk menyusun anggaran yang telah dikeluarkan dan harus merencanakan bagaimana mengolah dana untuk dibelikan bahan dagangan yang nantinya dijual, dengan harapan mereka bisa untung. Dalam pengelompokan yang terdiri dari 4-5 anak

Mulailah mereka bahu membahu dalam kelompok menyiapkan alat dan bahan dalam adonan yang siap diolah dengan di goreng / di kukus. Pada akhirnya mereka ternyata membuat jajanan atau makanan seperti Pastel, Donat, Kue Gorengan, Martabak, Kentang berbumbu, Roti bakar dan Rujak. Belum lagi tersedia minuman seperti Pop Ice, , Es Teh, Es Kopyor dan Es Kacang Ijo. Ini semua dijual dengan harga yang bervariasi dan berbeda antar satu kelompok dengan kelompok yang lain. “Dari sini anak sudah melakukan kegiatan belajar alur sebuah proses produksi“. Ucap Muji dan Prima, dalam kesempatan refleksi pada anak-anak ditengah-tengah kegiatan tersebut.

Di kegiatan berikutnya beragam gaya pemasaran yang dilakukan oleh anak-anak agar produknya dipakai dan dihabiskan oleh pembeli, yaitu menjual dengan cara berteriak-teriak, ada yang munyer keliling sekolah, ada yang jemput bola menawarkan dengan santun serta ada yang hanya diam aja menunggu pembeli. Kebetulan target pasar mereka adalah para guru TK, SD, Wali murid dan karyawan sekolah serta teman mereka sendiri dari adik kelas sampai kakak kelas. Sedangkan untuk harga, rata-rata ditarif pada kisaran Rp. 1.000,- s/d Rp. 2.000,-.

Yang unik adalah saat proses refleksi bersama. Pada akhir acara, yang tadinya dimulai dari pukul 7.30 – 9.30 WIB, setelah mereka berbenah merapikan alat dan menghitung keuntungan yang diperoleh, mereka masuk kelas dan dilakukan penilaian siapa yang melakukan proses jual-beli dengan baik dan memperoleh keuntungan yang besar. Yang nantinya akan memperoleh penghargaan dari guru kelas mereka.

Satu persatu anak-anak mengutarakan komentar, diantaranya, ”Kesel us, dodolan iku” – ”capek bu, jualan itu” ada yang mengatakan ”soro yo, nggolek duek iku” – ”Tidak gampang ya, cari duit itu”. Ada yang senang ”Enak us, aku untung akeh” – Enak bu, aku untung banyak”.

Kemudian ustadah-ustadahnya memperdalam materi dengan menanyakan dan memfasilitasi pemahaman pada anak-anak dengan menggiring dan memilah kelompok yang rugi dan untung, dan merasakan bagaimana mereka bisa mengalami hal itu.

Intisari program inipun terkuak setelah ditetapkannya kelompok Mia, Hilza, Virghina dan Dian, yang menjadi pemenang. Mereka menjual Martabak dan Pastel dengan harga masing-masing Rp. 1.000,-. Dan dengan modal sekitar Rp.19.000,- mereka dapat memasarkan hingga mendapat Rp.30.500, jadi untung bersih mereka Rp.11.500,- lucunya ada pada Si Virghina yang saat memasarkan dia sempat mengalami transaksi yang tidak bisa memberikan uang kembalian, lalu dia memberikan uang pribadinya sebagai kembalian. Kemudian bingung, dan berkata, ”us,(singkatan Ustad/ah), uangku terus bagaimana? Tadi aku beri uang kembalian dengan uang jajanku, dan aku tadi lupa berapa banyak yang tak berikan”. Sontak para ustadah tersenyum tertahan, menahan tawa.

Belum lagi pada kelompok Reva Cs, yang menjual produk Roti Bakar dan Donat di jual dengan harga Rp. 1.500,- tapi tidak laku, dan tidak ada yang beli, karena dirasa mahal oleh pembeli, seperti celetukan para orang tua yang menunggu di TK, ”rotimu cilik, di dol larang” – ”rotimu kecil tapi dijual mahal”. Akhirnya mereka stress, sudah sejam masih laku sedikit dan akhirnya mereka bersama, mengambil keputusan untuk di obral, yang penting habis dengan harga Rp. 1.000,-, dan pada akhirnya mereka tetap mengalami kerugian, karena di obral pun masih belum laku, dirasa capek, maka dagangannya  dimakan sendiri. Beda lagi dengan kelompok Afis, dan Helmi Cs yang rugi .. gi.. , sebab apa, dari bahan yang dibeli untuk bahan sudah tergolong mahal dan bermerek, rotinya pakai SARI ROTI, gulanya pake My Sugar, Selainya bermerek. Dan produk roti bakarnya dijual seribuan. Modal besar dan setelah penjualan tidak bisa balik modal. He.. he.. he.. .(@)